Sabtu 20 May 2017 15:25 WIB

Korban Serangan Bertambah, Menteri Pertahanan Libya Diskors

Anggota pasukan oposisi berjaga di kawasan timur Libya
Foto: AP
Anggota pasukan oposisi berjaga di kawasan timur Libya

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Juru bicara angkatan bersenjata Libya timur mengatakan pada Jumat (19/5) bahwa 141 orang tewas dalam serangan terhadap pangkalan udara selatan pada Kamis (18/5), dan pemimpin pemerintah Libya dukungan PBB menskors menteri pertahanannya, menunggu hasil penyelidikan kejadian tersebut.

Serangan di pangkalan udara Brak Al-Shati itu menghancurkan kesepakatan gencatan senjata di daerah tersebut, yang dalam beberapa bulan belakangan menjadi titik tempur di antara unsur militer bermarkas di Libya timur dan barat.

Peristiwa itu mengancam memperbesar bentrok antar-unsur bermarkas di timur dan pesaingnya, yang bersekutu dengan bekas pemerintah dan pemerintahan saat ini di ibukota Tripoli.

Ahmed al-Mismari, juru bicara Tentara Nasional Libya (LNA), yang bermarkas di timur, mengatakan bahwa 103 yang tewas dalam serangan di pangkalan udara itu adalah anggota pasukan LNA, kebanyakan dari mereka dari barisan pasukan ke-12.

Mereka diserang oleh pasukan dari kota Misrata yang dikenal sebagai Angkatan Ketiga, yang sebelumnya menguasai pangkalan itu, mereka bersekutu dengan Pemerintah Nasional (GNA) dukungan PBB di Tripoli.

Pada Jumat (19/5), sumber dari seorang mayor Brak Al Shati dan seorang petugas medis menyatakan bahwa korban tewas berjumlah 89 orang, meskipun petugas medis mengatakan bahwa beberapa jenazah belum dipindahkan ke rumah sakit.

Tidak mungkin untuk memastikan jumlah korban secara mandiri. Pejabat setempat dan LNA mengatakan bahwa beberapa dari mereka yang tewas merupakan warga sipil yang tampaknya telah dieksekusi. 

Mohamed Gliwan, juru bicara Angkatan Ketiga menjelaskan dalam sebuah acara televisi setempat, bahwa tentara LNA yang tewas di dalam pangkalan tersebut adalah pasukan bersenjata.

Utusan Libya untuk PBB Martin Kobler menyebut serangan tersebut sebagai aksi yang "tidak beralasan" dan "kejam", dengan mengatakan bahwa tidak boleh mendorong (Libya) terjerumus pada konflik yang lebih serius.

Perdana Menteri GNA Fayez Seraj mengumumkan bahwa dia menangguhkan Menteri Pertahanan Mahdi Al-Barghathi dan Komandan Angkatan Ketiga Jamal Traiki, hingga ditentukan siapa yang bertanggung jawab atas pelanggaran gencatan senjata itu.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement