Selasa 23 Oct 2018 16:48 WIB

Laporan: Saudi Gelontorkan Jutaan Dolar AS untuk Lobi AS

Saudi menggelontorkan 27 dolar AS untuk lembaga-lembaga di AS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Raja Salman dan Donald Trump
Foto: Mardiah/Republika
Raja Salman dan Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejak 2017, Arab Saudi telah berusaha meningkatkan lobinya ke Amerika Serikat (AS). Hal itu dilaporkan the Washington Post dalam laporannya pada Senin (22/10).

Menurut Washington Post, Saudi telah menggunakan kekayaannya untuk menyalurkan jutaan dolar ke berbagai lembaga riset, firma hukum, konsultan, dan kontraktor pertahanan di AS.

Pada 2017, Saudi menggelontorkan dana sebesar 27 juta dolar AS untuk lembaga-lembaga tersebut. Jumlah itu meningkat tajam dibandingkan pada 2016 yang hanya mencapai 7,7 juta dolar AS.

Baca juga, Uni Eropa Diminta Hentikan Jual Senjata ke Arab Saudi.

Saudi pun menggunakan keramahannya untuk mempengaruhi tokoh-tokoh berpengaruh di AS dengan mengundang mereka ke acara makan malam mewah. Kalangan jurnalis tak luput dari bidikan Saudi. Riyadh diketahui pernah menawarkan tiket Super Bowl untuk jurnalis Fox News Bret Baier dan jurnalis CNN Jake Tapper.

Saudi, bersama sekutunya Uni Emirat Arab (UEA), juga mengucurkan dana untuk lembaga riset terkemuka seperti the Center for Strategic and International Studies (CSIS), the Brookings Institution and the Middle East Institute (MEI).

“MEI menerima antara 1,25 juta dolar AS dan 4 juta dolar AS dari Saudi antara 2016-2017, serta menerima 20 juta dolar AS dari UEA pada 2016,” kata Washington Post dalam laporannya, dikutip laman Anadolu Agency.

Namun ketiga lembaga riset itu mengatakan tengah mempertimbangkan kembali hibah yang diberikan Saudi. Hal itu dilakukan menyusul derasnya kecaman dunia internasional atas tewasnya jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki.

CSIS, misalnya, mengatakan tidak akan menerima hibah sebesar 900 ribu dolar AS dari Pemerintah Saudi. Sementara Brookings Institute menyatakan menutup enam penelitian yang diberikan dan dibiayai oleh Saudi.

Menurut Washington Post, kuatnya upaya lobi yang dilakukan Saudi telah menyebabkan Kongres AS gagal meloloskan rancangan  undang-undang untuk mengakhiri dukungan Washington terhadap operasi militer Saudi di Yaman. Operasi militer itu telah menyebabkan Yaman dilanda krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

“Selama tujuh pekan menjelang kunjungan putra mahkota (Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman) dan pemungutan suara resolusi Yaman, pelobi melaporkan 759 kontak dengan anggota Kongres, staf, akademisi, dan wartawan atas nama pemerintah Saudi, menurut catatan publik,” kata Washington Post.

Menurut Washington Post, intensnya upaya lobi yang dilakukan Saudi terjadi sejak Pemerintah AS meloloskan Undang-Undang (UU) Anti-Dukungan Terorisme (JASTA). Melalui UU itu, keluarga korban serangan 11 September 2001 dapat menuntut Pemerintah Saudi karena mendukung kejadian tersebut.

Saat ini keakraban hubungan antara Washington dan Riyadh tengah diuji melalui kasus pembunuhan Khashoggi. Penyelidikan untuk menyingkap siapa dalang di balik pembunuhan itu masih berlangsung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement