Rabu 21 Nov 2018 09:06 WIB

Dalam Tiga Tahun, 85 Ribu Anak Yaman Tewas Kelaparan

Sebanyak 14 juta orang di Yaman teracam kelaparan

Rep: Lintar Satria/ Haura Hafizah/ Red: Nashih Nashrullah
Seorang anak diberi minumn di sebuah RS di Hodeida, Yaman. PBB sudah menyatakan krisis ekonomi dan kekerasan di Yaman menyebabkan anak-anak dan keluarga terlantar tanpa makan, minum, dan sanitasi.
Foto: AP
Seorang anak diberi minumn di sebuah RS di Hodeida, Yaman. PBB sudah menyatakan krisis ekonomi dan kekerasan di Yaman menyebabkan anak-anak dan keluarga terlantar tanpa makan, minum, dan sanitasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A— Sebanyak 85 ribu anak di bawah lima tahun diperkirakan  meninggal dunia karena kelaparan atau penyakit sejak perang saudara di Yaman dimulai. 

Jumlah ini berdasarkan laporan organisasi perlindungan anak Save the Children yang mengevaluasi data tingkat kematian kasus akibat severe acute malnutrition (SAM) atau malnutrisi akut berat  dari data PBB.

Organisasi bantuan kemanusiaan tersebut menemukan sebanyak 84.701 anak meninggal dunia karena SAM dari April 2015 sampai 0ktober 2018. 

PBB sudah mengeluarkan laporan sebanyak 14 juta orang di Yaman teracam kelaparan. Jumlah ini terus meningkat sejak koalisi yang dipimpin Arab Saudi melakukan blokade di Yaman tahun lalu. 

"Kami sangat ngeri ada sekitar 85 ribu anak di Yaman yang mungkin telah meninggal dunia karena kelaparan ekstrem sejak perang di mulai, bagi setiap anak yang tewas karena bom dan peluru, puluhan anak lainnya kelaparan sampai meninggal dan ini sepenuhnya dapat dicegah," kata Direktur Save the Children untuk Yaman, Tamer Kirolos, seperti dilansir dari situs resmi Save the Children, Rabu (21/11). 

Sejak koalisi yang dipimpin Arab Saudi memblokade Yaman jumlah barang dan makanan yang masuk ke Pelabuhan Hodeidah menurun lebih dari 55 ribu metrik ton per bulan. 

Angka ini dapat memenuhi kebutuhan 4,4 juta orang termasuk di antaranya 2,2 juta anak-anak. Pembatasan impor di masa mendatang akan menciptakan kelaparan yang lebih parah. 

"Anak-anak yang meninggal dengan cara ini sangat menderita ketika fungsi organ vital mereka melambat dan akhirnya berhenti, sistem kekebalan tubuh mereka sangat lemah sehingga lebih rentan terhadap infeksi, mereka terlalu lemah bahkan untuk menangis, para orang tua harus menyaksikan anak-anak mereka pergi, pergi tanpa dapat berbuat apa-apa," kata Kirolos.  

Perang, blokade dan birokrasi memaksa Save the Children mengirim pasokan yang sangat dibutuhkan warga melalui sebelah utara Yaman. Pasokan dikirimkan melalui pelabuhan Aden. Hal ini mengakibatkan bantuan tersebut membutuhkan waktu tigak pekan agar bisa diterima kepada orang-orang yang membutuhkan. 

Padahal jika pelabuhan Hodeidah dibuka bantuan tersebut bisa sampai dalam waktu satu pekan. 

Save the Children juga memantau jumlah serangan udara koalisi yang pemimpin Arab Saudi semakin sering melancarkan serangan udara di Hodeidah beberapa pekan terakhir ini. Peningkatan serangan udara juga dilaporkan meningkat di Taiz, Saada, dan Sanaa. 

"Selama beberapa pekan terakhir ada ratusan serangan udara di sana dan di Hodeidah, membahayakan nyawa anak-anak yang diperkirakan sebanyak 150 anak yang masih terperangkap di kota tersebut, Save the Children meminta perang segera dihentikan agar tidak ada lagi nyawa yang hilang," tambah Kirolos. 

Menurut data dari PBB diperkirakan ada sekitar 400 ribu anak yang menderita malnutrisi sepanjang 2018 ini. Lebih banyak 15 ribu anak dibandingkan 2017 lalu. 

Kirolos juga meminta bantuan secepatnya makanan-makanan nutrisi tinggi untuk anak-anak yang sangat rentan di Yaman. Beberapa anak benar-benar sangat membutuhkan asupan yang bergizi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement