Ahad 19 Jan 2014 16:01 WIB

Yordania Siap Latih Pasukan Irak di Wilayah Mereka

Raja Abdullah II
Raja Abdullah II

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Yordania siap menjadi tuan rumah program pelatihan Amerika Serikat bagi pasukan Irak guna membantu melawan kebangkitan kelompok milisi terkait Alqaida di negara tetangga, kata menteri pada Ahad.

Tanggapan itu disampaikannya ketika pasukan Irak terjebak dalam pertempuran dengan milisi anti-pemerintah, yang merebut wilayah di Provinsi Anbar di barat Baghdad di tengah kekerasan sengit, yang melanda negeri tersebut.

"Yordania menyambut permintaan AS untuk melatih pasukan Irak di wilayah kami, sendiri," kata Menteri Informasi Mohammed Monami dalam pernyataana yang disiarkan oleh surat kabar pemerintah Al-Rai.

"Proyek ini merupakan bagian dari kerjasama tetap Yordania, Irak dan AS untuk memerangi terorisme di kawasan," katanya.

Pada Jumat, petugas Pertahanan AS mengatakan kepada AFP bahwa Washington menunggu persetujuan Yordania atau negara lain untuk melaksanakan program latihan itu.

Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki telah meminta AS untuk membantu tentaranya dalam memerangi kelompok ekstrim yang dituding menyebabkan serangan-serangan mematikan dalam beberapa bulan terakhir.

Gedung Putih pada Sabtu mengabarkan bahwa wakil presiden Joe Biden telah berbicara dengan Maliki untuk membahas dukungan Washington terhadap Irak dalam memeriangi perlawanan terhadap kelompok jihad.

"Kedua pemimpin sepakat mengenai pentingnya bagi pemerintah Irak untuk menjangkau kelompok suku-suku di Provinsi Anbar," kata Gedung Putih.

Dalam wawancara yang diterbitkan pada Kamis, Maliki mengatakan ia secara khusus meminta AS memberi pelatihan "melawan terorisme".

Ketika ditanya apakah pelatih dari AS akan datang ke Irak, Perdana Menteri menjawab, "Ya, membawa Amerika ke Irak atau tentara Irak yang pergi ke Yordania untuk berlatih."

Petugas Pertahanan AS mengatakan bahwa Washington siap mengirimkan ribuan senjata M-16 dan M-4 serta pelurunya ke Irak.

Pelatihan ini akan berjalan karena baik Baghdad maupun Washington sudah menyetujui rencananya.

Namun petugas AS mengatakan tidak akan memberangkatkan tentaranya ke Irak.

AS memimpin invasi ke Irak pada 2003 untuk menggulingkan Saddam Hussein. Pasukan AS ditarik dari negara itu pada 2011 setelah gagal mencapai kesepakatan agar Baghdad memberi jaminan keamanan bagi pasukan AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement