Selasa 04 Dec 2018 13:25 WIB

Trump Minta Bantuan Pakistan untuk Perdamaian di Afghanistan

Trump ingin mengakhiri konflik di Afghanistan yang sudah berlangsung 17 tahun.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Donald Trump
Foto: AP
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah meminta bantuan Pakistan untuk proses perdamaian di Afghanistan. Permintaan itu disampaikan Trump kepada Perdana Menteri Pakistan Imran Khan melalui sebuah surat.

Trump ingin mengakhiri konflik yang berlangsung 17 tahun antara pasukan keamanan Afghanistan dan Taliban. Seorang perjabat AS yang menjadi narasumber mengatakan pada Senin (3/12), bahwa Trump meminta dukungan penuh Pakistan untuk upaya AS dalam mendorong proses perdamaian Afghanistan.

Ia juga meminta Pakistan mendukung kunjungan Wakil Khusus AS Zalmay Khalilzad ke wilayah tersebut. Dalam surat itu, Trump mengakui bahwa Pakistan memiliki kemampuan untuk menolak tempat perlindungan bagi Taliban di wilayahnya.

"Surat itu juga menjelaskan bahwa bantuan Pakistan dengan proses perdamaian Afghanistan adalah dasar untuk membangun sebuah  kemitraan abadi AS-Pakistan, "kata pejabat itu.

Baca juga, Pertarungan di Afghanistan, Siapa Lawan Siapa?

Kementerian luar negeri Pakistan mengatakan, Trump meminta dukungan  dalam negosiasi untuk mengakhiri perang. Trump juga menawarkan untuk memperbaharui hubungan bilateral.

Pakistan dan AS memiliki hubungan yang rumit. AS menuduh Pakistan memainkan peran ganda.. Para pejabat AS telah lama mendorong Pakistan untuk membawa Taliban ke meja perundingan. Mereka menyebut Pakistan menyediakan tempat perlindungan yang aman bagi Taliban.

Namun hal ini dibantah oleh para pejabat Pakistan. Pakistan mengatakan pengaruh mereka terhadap kelompok itu telah berkurang selama bertahun-tahun.

Sementara Trump menunjuk diplomat AS kelahiran Afghanistan Khalilzad sebagai utusan khusus yang ditugasi mendorong pembicaraan damai. Khalilzad mengatakan bulan lalu, dia berharap kesepakatan akan tercapai pada April 2019.

Namun  Taliban  mengatakan mereka tidak menerima tenggat waktu. Menurut Taliban, pertemuan tiga hari yang berlangsung di Qatar antara pemimpin Taliban dan Khalilzad berakhir tanpa kesepakatan.

Khalilzad pada Ahad memulai tur delapan negara, termasuk Pakistan, Rusia dan Qatar, untuk mempromosikan perdamaian dan meyakinkan Taliban  bergabung dalam negosiasi.

Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan pada  Senin bahwa perang di Afghanistan telah berlangsung cukup lama. "Kami mencari setiap negara yang bertanggung jawab untuk mendukung perdamaian  di Afghanistan. Sudah waktunya bagi semua orang untuk bergabung," kata Mattis kepada wartawan.

Trump dinilai sangat ingin membawa pulang pasukan AS  di Afghanistan.  "Presiden Trump juga mengakui bahwa perang itu merugikan AS dan Pakistan. Dia menekankan bahwa Pakistan dan AS harus mencari peluang untuk bekerja sama dan memperbarui kemitraan," kata Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan.

Ia menambahkan bahwa Pakistan berkomitmen untuk memfasilitasi perundingan itu.

Bulan lalu, Trump mengatakan bahwa Pakistan tidak melakukan apa pun  untuk AS. Padahal negara itu menerima bantuan  miliaran dolar dari AS.

Khan membalas tuduhan itu dengan mengatakan bahwa AS tidak seharusnya menyalahkan Pakistan atas kegagalannya di Afghanistan.

Pekan lalu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani  telah membentuk tim 12 untuk menegosiasikan perdamaian dengan Taliban. Tetapi pelaksanaan kesepakatan dari proses ini akan memakan waktu setidaknya lima tahun.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement