Sabtu 07 May 2011 13:29 WIB

Kisah Amal al Sadah (5): Jadi Rebutan AS dan Pakistan

Amal al Sadah (kanan)
Foto: Daily Mail
Amal al Sadah (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, ABBOTTABAD -Gedung Putih telah mengonfirmasi bahwa Osama bin Laden tidak bersenjata ketika ia dibunuh dan bahwa istrinya Amal Al-Sadah tidak digunakan sebagai perisai manusia.

Kini al Sadah berada dalam pengawasan militer Pakistan. Ia terjebak dalam "pertempuran" diplomatik antara  Pakistan dan Amerika Serikat. Para pejabat Pakistan menolak izin Amerika untuk menginterogasi dia di rumah sakit militer di Rawalpindi di mana dia sedang dirawat karena luka tembak di betis.

Semula, ia akan dibawa terbang dengan helikopter meninggalkan lokasi penyergapan. Namun, helikopter yang sedianya membawanya mengalami kecelakaan, jatuh tak jauh dari kompleks rumah sewanya.

Situs Daily Mail mengabarkan, tiga istri pemimpin Al Qaeda Osama Bin Laden sedang diinterogasi oleh dinas intelijen Pakistan. Para wanita dibawa ke tahanan setelah serangan Amerika di kompleks mendiang suami mereka di kota Abbottabad di mana kepala Osama ditembak oleh pasukan khusus AS.

Salah satu dari ketiga,  Amal Ahmed Abdul Fattah - lebih dikenal sebagai Amal al-Sadah - telah mengatakan bersama suaminya ia telah tinggal di tempat persembunyian itu selama lima tahun terakhir tanpa meninggalkan ruangan rumahnya.

Dia ditembak di kaki dalam serangan itu, dan dianggap telah pulih di sebuah rumah sakit di Rawalpindi.

Pihak berwenang Pakistan juga menahan delapan atau sembilan anak-anak yang ditemukan di sana setelah pasukan AS menyerbu.

Seorang pejabat intelijen senior mengatakan kepada The Times 17 orang, termasuk empat wanita, ditahan, dan mereka telah mengumpulkan 'informasi berharga' dari mereka.

Para istri ini akan dikorek tentang  bagaimana Bin Laden menghabiskan waktu dan bagaimana ia berhasil menghindari penangkapan, yang tinggal di  rumah besar dekat akademi militer di kota garnisun,  dua  setengah jam berkendara dari ibukota Islamabad.

Seorang pejabat Pakistan mengatakan perwira CIA tidak pernah diberikan akses kepada perempuan dalam tahanan, meskipun pejabat senior mengatakan kepada The Times bahwa 'kita dapat berbagi dengan informasi AS yang diterima dari mereka'.

sumber : Daily Mail
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement