Sabtu 09 Jul 2011 08:28 WIB

Skandal Penyadapan Ilegal, Murdoch Menutup Riwayat Tabloid 168 Tahun

James Murdoch-News of the World
James Murdoch-News of the World

REPUBLIKA.CO.ID,Skandal penyadapan ilegal berarti tamatnya riwayat tabloid Inggris 'News of the World'. Para pegawai menilai keputusan Murdoch tidak adil.

 Berita tentang akan dihentikannya penerbitan koran mingguan Inggris "News of the World“ di negara itu ibarat ledakan bom. Pengumuman yang membuat syok, begitu layanan Inggris kantor berita Reuters menyebut jawaban Murdoch tentang skandal penyadapan yang dimuat di edisi online koran 'The Telegraph'.

Dengan ditutupnya „News of the World“, lenyaplah koran paling laris di Inggris dari pasaran, sebuah terbitan dengan sejarah 168 tahun. Edisi Minggu lusa, adalah yang terakhir, terang pemimpin penerbit News International, anak lelaki Rupert Murdoch, James.

"Perusahaan ini senantiasa merupakan investor hebat dalam jurnalisme dan media. Kami sangat percaya pada jurnalistik. Jelas ada aktivitas tertentu yang tidak memenuhi standar. Hal itu sangat disesalkan, bagi saya pribadi dan bagi perusahaan“, kata James Murdoch.

Edisi perpisahan "News of The World“ tidak akan memasang iklan komersial. Sebagai gantinya, organisasi bantuan mendapat peluang untuk beriklan secara cuma-cuma. Hasil penjualan edisi terakhir akan sepenuhnya disumbangkan bagi tujuan amal.

Skandal penyadapan tabloid yang kerap disebut koran revolver itu membawa keseluruhan bisnis Murdoch dalam kesulitan. Selama bertahun-tahun, reporter „News of the World" menyadap mail box telepon genggam milik politisi dan orang-orang terkenal, termasuk keluarga kerajaan Inggris.

Selain itu mereka juga dituduh menyadap keluarga korban serangan teror London 7 Juli 2005 dan keluarga tentara Inggris yang tewas. Secara keluruhan jumlah yang disadap bisa mencapai 4000 orang.

Penutupan tabloid itu mengakibatkan hilangnya pekerjaan 200 pegawai yang terhenyak mendengar berita tersebut. Salah satunya David Wooding yang sejak 1,5 tahun mengepalai desk politik.

Wooding mengatakan, "Kami sedikit bingung. Karena semua ini terjadi di bawah kepemimpinan lima tahun lalu, yang sudah berhenti. Pemimpin redaksi yang sekarang adalah orang yang profesional, jujur dan layak, begitu pula wakilnya dan semua rekan kerja saya. Semua orang bersih. Merek „News of the World“ lah yang rusak. Dan keputusan ini berdampak pada semua yang bekerja di sini sekarang.“

Pernyataan serupa dilontarkan banyak pegawai „News of the World“. Mereka merasa menjadi bidak yang dikorbankan raksasa media Rupert Murdoch yang bertaruh besar di pasar media Inggris. Saat ini Murdoch berusaha mendapat ijin dari pemerintah Inggris untuk mengambilalih sepenuhnya satelit pemancar BSkyB.

Sebuah perjanjian bernilai miliaran dolar, yang menurut pengamat kini berada dalam bahaya dengan adanya skandal penyadapan. Karena itu, mantan wakil PM Inggris Lord Prescott melihat penutupan „News of The World“ tak lebih dari sekadar upaya Murdoch untuk mengambil hati pemerintah Inggris.

"Ini trik manajemen yang khas dari tuan Murdock. Ia mencoba untuk menyelesaikan masalah. Dalam kasus ini yang terkena bukan jajaran manajemen yang terlibat skandal ini, tapi hanya pegawai rendahan di „News of the World“, kata Prescott.

Yang terutama mengganggu para pengkritik, Murdoch mempertahankan orang-orang seperti Rebekah Brooks. Saat skandal penyadapan terjadi, ia adalah pemimpin redaksi „News of the World“ dan kini duduk di dewan direktur penerbit News International.

Para pakar media yakin, Rupert Murdoch tak akan menarik diri dari pasar tabloid mingguan yang menguntungkan. Menurut informasi BBC, sebagai gantinya, dalam pekan-pekan mendatang ia akan menerbitkan koran "The Sun" edisi hari Minggu.

 

sumber : dw-world
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement