REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Pengakuan internasional terhadap Dewan Transisi Nasional (NTC) di Libya, terus berdatangan. Pemimpin Prancis dan Inggris, dua negara yang sejak semula menjadi pelopor penyerangan ke Libya, bersiap bertolak ke Tripoli.
Kunjungan Perdana Menteri Inggris, David Cameron dan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy ke Ibukota Libya, Kamis (15/9) waktu setempat itu, sekaligus memberikan ucapan selamat kepada penguasan baru Libya.
Menurut Al-Jazeera, kedatangan kedua tokoh pemimpin barat itu tampaknya sebagai simbol kemenangan barat yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Libya, pimpinan Muamar Qadafi setelah 42 tahun berkuasa. Kedatangan mereka juga mendapat sambutan hangat warga di Tripoli. Hal itu terlihat dari banyaknya slogan yang bertuliskan 'Mercy Sarkozy' atau 'Terima Kasih Inggris.'
Abdel Hafiz Ghogo, Wakil Ketua NTC, menyebutkan kedua kepala pemerintahan tersebut, selain akan mengunjungi Tripoli juga akan berkunjung ke Benghazi, yang selama ini menjadi basis pertahanan dan pusat pemerintahan NTC. Pasukan oposisi yang didukung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah merebut kota Tripoli sejak lebih dari tiga pekan silam.
Sejumlah negara barat lainnya juga menyambut hangat pemerintahan baru Libya kembali bergabung ke komunitas internasional. Setidaknya Libya dapat kembali melanjutkan produksi minyaknya yang melimpah yang sempat terhenti sejak enam bulan lalu.
Pimpinan perusahaan minyak Libya National Oil Corp (NOC), Nouri Berouin, menyatakan ekspor minyak akan dimulai dari pelabuhan di timur kota Tobruk dalam waktu 10 hari mendatang. Kilang minyak di kawasan itu mampu memproduksi minyak mentah 1 juta barel per hari dalam waktu enam bulan.
Selain Sarkozy dan Cameron, Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan juga dijadwalkan berkunjung ke Tripoli, Jumat (16/8) ini. Hal yang sama juga akan dilakukan Menteri Luar Negeri Mesir, Mohammed Kamel Amr.