REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - "Awalnya dimulai dengan jaket panjang, lalu kemudian ada tambahan tiga lagi. Ia masih menambah dengan celana panjang dan blus di atas, akhirnya ada 10 blus, 10 jaket dan sarung tangan," tutur putranya yang memilih tak mengungkapkan nama. "Delapan tahun lalu ia menutup wajah dengan cadar, pertama hanya di luar rumah, lama-lama juga ketika di rumah. Akhirnya ia menggunakan pula ketika di kamar mandi, imbuhnya.
Putra Keren mengaku sejak itu, ia tak pernah lagi melihat wajah ibunya. Ibunya yang mendapat julukan 'Mama Taliban' itu bahkan mendirikan tenda di kamar mandi. Dinding pun tak bisa melihat ia telanjang.Tak hanya itu, Keren juga berhenti berbicara, ia hanya berkomunikasi dengan bahasa tubuh atau tulisan.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Ketika ibunya semakin dan semakin larut, terjadi hal yang memiriskan. Putranya berhubungan badan dengan saudari kandungnya di ruang sebelah. Saat itu ia 15 tahun dan adik perempuannya 12 tahun.
Itu benar-benar kehidupan yang hancur, tutur putranya yang kini 30 tahun dan masih berjuang untuk bisa nyaman bepergian ke luar. Ia bekerja sebagai buruh sepanjang hari, saat malam ia sering berlari demi menekan kenangan masa lalu. Ia menjadi salah satu pelari tercepat di Israel.
Jika saja ibu saya tak begitu sangat religius, ia mungkin sudah bekerja" ujarnya. Alih-alih komunitas ortodok melindungnya dan tak seorangpun boleh mencampuri. Ultra-ortodok lebih suka menyelesaikan masalah mereka sendiri, tanpa campur tangan pemerintah. "Dan pengikut ibu saya bilang kepaa saya bahwa ia adalah santa."
Yair Nehorai, kuasa hukum yang mewakili si putra ketika ia didakwa dengan pelecehan seksual telah menerbitkan buku berdasar kisah kliennya. Nehorai bukan orang religius namun ia memiliki nenek moyang rabi ternama sehingga memberi kredibilitas.
Ia mewakili hampir semua warga ultra-ortodok yang bermasalah dengan otoritas negara. Salah satunya kliennya adalah seorang pria ulta-ortodok yang baru-baru ini didakwa setelah memarahi tentara wanita yang duduk di bagian depan bus dan memanggilnya 'pelacur'.
Kemudian ada klien siswa Yeshiva dari Beit Semes, yang membuat berita utama ketika meludahi siswa perempuan dari sekolah agama ', karena rok mereka hanya tepat di bawah lutut. Nehorai juga mewakili Sikrikim yang memproklamirkan diri polisi moral. Sikrikim selalu melempar kotoran di sebuah toko buku sampai akhirnya pemilik toko tunduk pada perintah moral mereka.(bersambung)