Senin 06 Feb 2012 15:22 WIB

Kisah Warga Iran Hadapi Tekanan Ekonomi Barat

Rep: Lingga Permesti/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Rakyat Iran
Foto: payvand.com
Rakyat Iran

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap hari penjual sayur Hasan Sharafi harus berjuang membeli makanan untuk keluarganya. Hasan hampir tidak tahan akan sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS dan Uni Eropa terhadap Iran. “Harga naik setiap hari, hidup menjadi sangat mahal. Saya membeli ayam atau daging sebulan sekali,”kata ayah empat anak di pusat kota Iran, Isfahan.

Hanya satu bulan sebelum pemilihan parlemen, Iran terpukul dalam bulan-bulan terakhir karena sanksi AS dan Eropa atas program nuklirnya. Dalam percakapan di pusat kota Iran, warga mengeluh kondisi ekonomi semakin memburuk. “Ayah saya kehilangan pekerjaan karena perusahaan tempatnya bekerja baru ditutup. Mengapa hal ini terjadi kepada kita,”keluh siswa matematika Behnaz di utara kota Rasht. 

Pemimpin Iran menyatakan sanksi akan membuat Iran semakin solid menghadapi tekanan AS dan Israel. Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan sanksi Iran akan membuat mereka lebih kuat. "Sanksi tersebut akan menguntungkan kita. Mereka akan membuat kita lebih mandiri," katanya dalam pidato televisi yang menandai ulang tahun tahun 1979 revolusi Iran.  

 "Amerika menggunakan isu nuklir sebagai alasan untuk menggantikan rezim kami dengan rezim boneka untuk mengontrol sumber daya energi kami. Tapi kami tidak akan membiarkan mereka. Teknologi nuklir adalah hak kita dan saya sepenuhnya mendukung pandangan para pemimpin kami. Kematian bagi Amerika," kata mahasiswa Mohammad Reza Khorrami di kota utara Chalous.

Salah satu guru sekolah dan ibu dari tiga anak, Mitra Zarrabi mengatakan ia tidak peduli dengan sengketa nuklir, yang ia pedulikan adalah harga-harga tetap murah dan mampu membeli makanan untuk anak-anaknya. Begitu pula seorang penjual barang-barang Cina, Reza Zohrabi (62 tahun), dirinya harus menemukan cara untuk menempatkan roti di meja makan keluarganya. "Apakah sengketa nuklir? Jangan buang waktu saya mengajukan pertanyaan yang tidak relevan,"katanya.

Tingkat inflasi tahunan resmi Iran  sekitar 20 persen namun ekonom dan beberapa anggota parlemen mengatakan  sekitar 50 persen. Harga untuk roti, susu, beras, sayuran dan bahan bakar melambung tinggi. Sepotong roti tradisional Iran  harganya naik 30 persen dari bulan-bulan sebelumnya. “Kami khawatir dan takut jika memikirkan masa depan anak-anak Apa yang mungkin terjadi jika Amerika dan negara-negara lain memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap Iran?" kata seorang ibu rumah tangga di Kermanshah.

Reza Khaleghi, yang memiliki toko kelontong kecil di pusat kota Karaj dekat Teheran, mengatakan daya beli masyarakat semakin menurun. "Karena fluktuasi Rial kita harus meningkatkan harga dan orang  tidak membeli apa-apa lagi."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement