Kamis 30 Sep 2021 16:30 WIB

Warga Iran Terimpit Sanksi AS

Nilai tukar rial Iran terhadap dolar AS merosot sehingga memicu inflasi yang tinggi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Iran disanksi AS saat wabah corona
Foto: Republika
Iran disanksi AS saat wabah corona

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Mehdi Dolatyari menyaksikan dengan ketakutan dalam beberapa bulan terakhir ketika barang-barang yang dulunya terjangkau di supermarket di Teheran malah melonjak di luar jangkauan pelanggannya. Mata uang negara itu merosot ke posisi terendah lagi terhadap dolar.

"Beras sangat mahal," kata Dolatyari, menggambarkan bagaimana harganya hampir dua kali lipat.

Baca Juga

Sanksi yang diterapkan Amerika Serikat (AS) masih mencekik ekonomi, inflasi yang memecahkan rekor telah memukul rakyat Iran. Pembeli yang terkejut memotong daging dan produk susu dari porsi mereka dan membeli semakin sedikit setiap bulannya.

Rial Iran sekarang sekitar 270 ribu per dolar dibandingkan dengan 32 ribu rial untuk satu dolar AS pada saat kesepakatan nuklir  Iran pada  2015 dengan kekuatan dunia. Kondisi saat ini telah menghancurkan gaji dan tabungan orang.

Inflasi telah melonjak hingga 45 persen dan menjadi tingkat tertinggi sejak 1994, sementara harga pangan melonjak hampir 60 persen. Penyebabnya banyak dan tumpang tindih.

Alasan dari kondisi yang mencekik itu seperti ekonomi yang tenggelam yang dihancurkan oleh sanksi bertahun-tahun terkait dengan program nuklir Iran. Ditambah dengan gangguan rantai pasokan akibat pandemi virus korona, kemudian  penurunan yang stabil dalam produksi lokal.

Kamar Dagang melaporkan pekan lalu, produk domestik bruto anjlok hampir 60 persen dari 2017 hingga 2020. Ketuanya Gholamhossein Shafeie menggambarkan penurunan itu sebagai peringatan serius untuk masa depan ekonomi Iran.

Tiap keluarga di Iran sekarang menemukan uang yang dimiliki semakin tidak berharga dan harus melupakan makanan yang dulu dianggap sebagai makanan pokok. Dibandingkan dengan tahun lalu, harga susu, yogurt, dan telur melonjak hampir 80 persen. Menurut badan statistik pemerintah, biaya sayuran dan daging telah meningkat sekitar 70 persen, dan bahan-bahan dasar termurah seperti roti dan nasi lebih dari 50 persen.

Banyak orang Iran terjerumus ke dalam kemiskinan. Pada tahun lalu, jumlah warga yang hidup di bawah garis kemiskinan resmi dengan 46 dolar AS per bulan  meningkat hampir 40 persen.

“Kami melihat harga semakin mahal setiap hari. Ini mengerikan. Bagaimana mungkin bisa bertahan dengan gaji rendah seperti itu?" kata warga Iran yang berbelanja, Ozra Edalat.

Banyak orang Iran mengatakan mereka berbelanja lebih sedikit dari sebelumnya. “Sekarang saya hanya bisa membeli bahan makanan sebulan sekali. Kita harus menghemat uang," kata Ghane Khiabani, ibu tiga anak di Teheran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement