Senin 05 Mar 2012 20:17 WIB

Pakistan Minta Interpol Tangkap Musharraf

Rep: Lingga Permesti/ Red: Chairul Akhmad
Mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf.
Foto: AP
Mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Menteri Dalam Negeri Pakistan, Rehman Malik, pada Ahad (4/3), secara resmi meminta Interpol yang berbasis di Prancis untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi mantan penguasa militer Pervez Musharraf atas pembunuhan Perdana Menteri Benazir Bhuttto.

"Kami telah mengirim permintaan ke Interpol untuk melakukan penangkapan Pervez Musharraf," kata Malik kepada wartawan di ibukota Islamabad. Pihaknya akan membawa Musharraf kembali ke negaranya dengan dikeluarkannya peringatan merah melalui Interpol.

"Kami berada dalam tahap akhir untuk melakukan hal itu," kata  Malik kepada para  anggota parlemen di Majelis Provinsi Sindh, di mana Benazir berasal.

Jaksa senior publik FIA, Chaudhry Zulfiqar Ali, mengatakan surat tersebut dikirim ke Direktur Interpol Pakistan oleh petugas investigasi dalam kasus pembunuhan Benazir Bhutto.

Surat yang dikirim melalui email juga menyebutkan kartu identitas komputerisasi nasional (CNIC) sejumlah mantan presiden. Sebelumnya, kasus pembunuhan Benazir Bhutto telah terdaftar di 302 dari PPC (yang berhubungan dengan pembunuhan) dan bagian 7 dan 21 dari ATA (pelanggaran serius terorisme).

Pengadilan Pakistan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan atas kematian Akbar Bugti tahun 2006, seorang pemimpin pemberontak Baluch di Pakistan barat daya, dan juga surat penangkapan atas kasus pembunuhan Bhutto.

Bhutto dibunuh pada tanggal 27 Desember 2007, saat meninggalkan tempat kampanye pemilihan di Rawalpindi, markas besar tentara Pakistan. Bhutto, yang menjabat dua periode sebagai perdana menteri, kembali dari pengasingan dua bulan sebelum ia dibunuh. Suaminya, Asif Ali Zardari, memimpin Partai Rakyat Pakistan pada pemilu 2008 dan saat ini menjabat sebagai presiden.

Malik merupakan seorang pembantu dekat Bhutto, menuduh Musharraf tidak memberikan Bhutto pengamanan yang memadai dan mengancamnya lewat telepon ketika dia berada di Washington sebelum kembali ke Pakistan pada Oktober 2007.

"Musharraf mengancam di telepon, 'Jika Anda datang ke Pakistan, Anda akan bertanggung jawab atas konsekuensi. Jika Anda datang ke Pakistan sebelum pemilu, saya tidak akan bertanggungjawab untuk keamanan Anda," kata Malik.

Pada saat kematian Bhutto, pemerintah Musharraf menyalahkan pembunuhan itu pada pemimpin Taliban Pakistan, Baitullah Mehsud.

Musharraf, yang telah tinggal di pengasingan di London dan Dubai sejak Agustus 2008, telah menunda rencana untuk kembali ke Pakistan untuk ikut dalam pemilihan umum setelah pemerintah memperingatkan ia akan ditangkap pada saat kedatangannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement