Selasa 17 Apr 2012 21:35 WIB

Rusia Tuduh Pihak Luar Rusak Upaya Perdamaian Suriah

Warga mengelilingi jenazah korban kekerasan militer Suriah
Foto: laanta.net
Warga mengelilingi jenazah korban kekerasan militer Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Rusia menuduh kekuatan luar berupaya merusak usaha-usaha utusan PBB-Liga Arab Kofi Annan untuk mengakhiri pertumpahan darah Suriah. Tidak hanya itu, Rusia juga menuding dukungan pada musuh-musuh pemerintah mengancam gencatan senjata.

Menlu Sergei Lavrov menyatakan musuh-musuh bersenjata pemerintah Presiden Bashar al-Assad bersalah atas aksi-aksi kekerasan yang tetap terjadi telah menodai gencatan senjata yang dimulai pekan lalu sebagai bagian dari rencana perdamaian enam pasal Annan.

"Ada pihak yang menginginkan rencana Annan itu gagal," kata Lavrov dalam pernyataan di televisi, selasa (17/4). "Sekarang, mereka yang ... dari awal meramalkan kegagalan rencana Annan itu berusaha bahwa ramalan itu menjadi kenyataan," tambahnya.

"Mereka melakukan ini dengan mengirim senjata-senjata ke oposisi Suriah dan mendukung kegiatan pemberontak yang terus menyerang fasilitas-fasilitas pemerintah ... fasilitas-fasilitas sipil setiap hari," kata Lavrov.

"Tentu, pasukan pemerintah juga melakukan tindakan untuk menanggapi provokasi-provokasi seperti itu, dan hasilnya belum seluruhnya berjalan dengan sangat lancar," kata Lavrov yang menyebut gencatan senjata itu 'sangat rapuh'," bebernya lagi.

Rusia membantu Suriah dengan senjata-senjata dan melindungi Bashar dengan menghambat resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengecam pemerintah karena melakukan tindakan keras yang menurut PBB telah menewaskan lebih dari 9.000 orang sejak Maret 2011.

Rusia menjanjikan dukungan penuhnya bagi rencana perdamaian Annan dan pekan lalu menyeru pemerintah Suriah meningkatkan pelaksanaannya, tetapi Moskow juga menyalahkan pertumpahan darah banyak dilakukan pasukan oposisi.

Lavrov mengulangi kembali imbauan Rusia kepada negara-negara untuk menekankan lawan-lawan Bashar menaati rencana Annan, dan kecamannya pada 'sahabat-sahabat Suriah' kelompok dari negara-negara Barat da Arab, yang ia katakan merusak usaha-usaha perdamaian PBB itu.

"Ada negara-negara, ada kekuatan-kekuatan luar, yang tidak menginginkan usaha-usaha Dewan Keamanan sekarang berhasil, yang berusaha menggantian Dewan Keamanan dengan format-format resmi seperti kelompok 'sahabat-sahabat Suriah'... dan dengan segala cara mendorong oposisi Suriah tidak bekerja sama dengan pemerintah dalam mendukung satu gencatan senjata dan kemudian melakukan dialog," tutur Lavrov.

Suriah memberikan tempat berpijak yang paling kuat bagi Rusia pasa Sovyet di Timur Tengah, membeli senjata miliaran dolar dan menjadi tuan rumah fasilitas pemeliharaan dan pasokan pelabuhan angkatan laut Rusia di luar bekas Uni Sovyet.

Rusia mengatakan pihaknya tidak berusaha melindungi Bashar tetapi desakan pemerintah-pemerintah asing bagi pengunduran dirinya tidak bisa diterima karena itu adalah satu tindakan yang mencampuri urusan dalam negeri Suriah.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement