Rabu 24 Oct 2012 21:25 WIB

Brahimi: Assad Setuju Genjatan Senjata

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Dewi Mardiani
Lakhdar Brahimi
Foto: theelders.org
Lakhdar Brahimi

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Utusan PBB untuk Suriah, Lakhdar Brahimi, mengatakan pemerintah Suriah sepakat melakukan genjatan senjata selama liburan Idul Adha. Brahimi mengeklaim, Presiden Suriah Bashar Al-Assad setuju usulannya tersebut setelah kunjungannya ke Damaskus beberapa waktu lalu.

"Setelah kunjungan saya ke Damaskus, ada persetujuan dari pemerintah Suriah untuk genjatan senjata selama Idul Fitri," kata Brahimi saat konferensi pers di  Kantor Liga Arab, Kairo, Rabu (24/10), seperti dilansir Aljazirah.

Brahimi mengatakan, pemimpin oposisi menghubunginya dan bersedia menjalankan genjatan senjata. "Jika kita berhasil dengan inisiatif sederhana, genjatan senjata dengan jangka waktu lama mungkin terjadi," ujarnya.

Tak lama setelah press conference Brahimi, Kementerian Luar Negeri Suriah juga mengumumkan keputusan genjatan senjata tersebut. "Militer sedang berusaha menghentikan operasi militer selama libur Idul Fitri," ujar pernyataan pemerintah.

Sebelumnya dikabarkan, Brahimi bertemu dengan Presiden Bashar Al-Assad di Damaskus, Ahad (21/10) lalu. Brahimi bermaksud menyerukan genjatan senjata kepada Assad. Namun rincian perbincangan keduanya tak dapat diketahui. Brahimi mendesak pemerintah Suriah melakukan genjatan senjata saat Hari Raya Idul Adha.

"Jika genjatan senjata itu dapat dilaksanakan, kita dapat membangun genjatan senjata yang sesungguhnya serta menjadi sebuah proses politik yang akan mengatasi masalah masyarakat Suriah dan membangun kembali negara mereka. Jika krisis Suriah terus terjadi, ini akan mempengaruhi seluruh wilayah Timur Tengah," Kata Brahimi beberapa waktu lalu.

Konflik Suriah telah menewaskan sedikitnya 30 ribu orang sejak Maret 2011. Diawali demonstrasi menuntut Presiden Bashar Al-Assad untuk turun dari jabatan. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mencatat 50 orang tewas di seluruh negeri pada hari Senin kemarin, setengah dari mereka merupakan tentara. Angka tersebut menyusul 170 korban tewas saat pertempuran di hari Ahad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement