Ahad 27 Jan 2013 07:49 WIB

Uganda Tangkap Pemimpin Oposisi Besigye

Presiden Uganda Yoweri Museveni
Presiden Uganda Yoweri Museveni

REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Pemimpin politisi oposisi Uganda, Kizza Besigye, ditahan karena merencanakan kerusuhan antipemerintah di ibu kota Uganda, Kampala, kata polisi, Sabtu (26/1).

Besigye telah memimpin aksi-aksi protes selama bertahun-tahun yang bertujuan menggulingkan Presiden Yoweri Museveni, dengan siapa ia kalah dalam pemilihan presiden pada Februari 2011. Dia mencela pemilu itu sebagai penipuan.

Para pendukungnya berada di garis depan aksi-aksi protes anti-pemerintah yang tersebar luas terhadap biaya hidup yang tinggi pada tahun 2011, dan setelah mereda tahun lalu, mereka memimpin demonstrasi lagi pada Oktober dan Besigye ditangkap.

Besigye telah kalah dalam tiga pemilu dengan Museveni, yang telah berkuasa selama lebih dari 26 tahun. Dia mengundurkan diri sebagai pemimpin partai oposisi terbesar Uganda, Forum untuk Perubahan Demokrasi (FDC) tahun lalu, namun masih menjadi seorang politikus yang populer.

Awal pekan ini polisi melarang pemimpin oposisi dari membersihkan sampah di pinggiran Kampala, dan mengatakan itu adalah kedok untuk pementasan protes publik. "Setelah upaya-upaya untuk berkumpul gagal dan melakukan demonstrasi-demonstrasi liar. Dr Kizza Besigye telah ditangkap," kata polisi dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Ahad (27/1).

Pihak oposisi membuat berbagai keluhan terhadap Museveni, dan menuduhnya berusaha untuk menjadi presiden seumur hidup serta gagal mengatasi korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.

Negara-negara donor Barat memotong bantuan kepada negara Afrika timur berpenduduk 33 juta orang itu pada bulan lalu karena merujuk klaim-klaim korupsi di kantor perdana menteri. Sekretaris jenderal FDC, Alice alaso, mengatakan kepada Reuters bahwa Besigye telah ditangkap di luar rumahnya saat ia keluar.

Alaso mengatakan ia mengunjungi Besigye di kantor polisi Kira, sekitar 13 kilometer (delapan mil) dari pusat kota, di mana ia ditahan. Polisi menghentikan memberinya sebotol air, katanya. "Tujuan mereka adalah untuk membuat dia kelaparan," katanya.

Polisi tidak mengatakan apa tuduhan mereka terhadap Besigye, yang pergi ke Kenya untuk perawatan medis pada tahun 2011 setelah ia hampir buta dengan bahan kimia semprot yang dilakukan oleh polisi yang bermaksud membubarkan demonstrasi.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement