REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Aktivis muda Pakistan, Malala Yousafzai dinominasikan meraih nobel perdamaian 2013 untuk komitmennya terhadap hak-hak perempuan. Pada Oktober 2012, dia ditembak di kepalanya oleh tentara Taliban karena membela hak perempuan bersekolah di Pakistan.
PressTV menulis tiga anggota parlemen Norwegia dari Partai Buruh menominasikan Malala karena komitmennya membela hak perempuan. Komitmen itu telah mengancam pihak ekstrimis sehingga mereka mencoba membunuhnya.
Pada 9 Oktober 2012, Malala ditembak oleh tentara Tehrik-e Taliban Pakistan (TTP) di Kota Mingora. Dia ditembak karena berbicara menentang pikiran ekstrimis dan mempromosikan pendidikan bagi anak perempuan di wilayahnya di Lembah Swat, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.
Malala yang baru berusia 15 tahun itu sukses menjalani operasi pada tengkorak dan telinganya selama lima jam di Rumah Sakit Queen Elizabeth, Birmingham, Inggris pada 2 Februari. Dia meninggalkan rumah sakit pada 7 Februari 2013 setelah tim medis memutuskan Malala cukup sehat.
Seorang aktivis Pakistan, Shahida Choudhary mengatakan Malala tidak hanya merepresentasikan satu orang. Malala berbicara untuk mereka yang menolak pendidikan hanya untuk jenis kelamin tertentu.
Puluhan ribu warga Inggris bergabung dalam kampanye dan menyerukan Perdana Menteri Inggris untuk mencalonkan Malala sebagai peraih nobel. Kampanye serupa juga terjadi di Kanada, Prancis, dan Spanyol.
Kelompok TTP telah menghancurkan ratusan sekolah di Lembah Swat selama 2008-2009. Hal itu menurunkan jumlah perempuan yang terdaftar di sekolah di wilayah tersebut.