Ahad 30 Jun 2013 23:15 WIB

DPR Rusia: Secara Moral, Serahkan Snowden Tak Dibenarkan

 Seorang pengunjuk rasa memegang poster foto Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan informasi rahasia tentang program pengintaian AS, di luar gedung Konsulat Jenderal AS di Hong Kong, Kamis (13/6).    (AP/Kin Cheung)
Seorang pengunjuk rasa memegang poster foto Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan informasi rahasia tentang program pengintaian AS, di luar gedung Konsulat Jenderal AS di Hong Kong, Kamis (13/6). (AP/Kin Cheung)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Rusia yang sangat berpengaruh pada hari Ahad menyatakan langkah untuk menyerahkan Edward Snowden kepada Amerika Serikat akan merupakan tindakan yang "secara moral tidak dibolehkan".

Snowden (30 tahun), sang pembocor rahasia intelijen dan sedang menjadi buron AS, saat ini berada di sebuah bandar udara di Moskow tanpa memiliki status politik yang pasti.

Mantan pegawai kontrak Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) itu sudah berada di wilayah transit bandara Sheremetyevo selama satu pekan terakhir.

Ia tidak bisa terbang karena paspornya dicabut oleh AS dan juga tidak bisa keluar dari bandara Sheremetyevo karena tidak mempunyai visa untuk masuk ke Rusia. Snowden telah mengajukan permintaan suaka di Ekuador namun tidak bisa mencapai kedutaan negara itu di Moskow pusat.

Alexei Pushkov, yang merupakan ketua komite hubungan internasional Duma (DPR Rusia), mengatakan bahwa akan menjadi tindakan yang salah untuk menyerahkan Snowden kepada Amerika Serikat, negara yang memburu Snowden karena membocorkan informasi rahasia soal program pengintaian tersembunyi.

"Bukan masalah apakah (Snowden) berguna (bagi Rusia), ini adalah masalah prinsip," tulisnya di Twitter, Ahad. "Menyerahkan pengungsi politik merupakan tindakan yang secara moral tidak dapat diterima."

Kremlin pada Ahad tidak terlalu mempedulikan fakta bahwa Snowden masih berada di bandar udara. Juru bicara Presiden Vladimir Putin mengatakan kepada stasiun radio Echo di Moskow bahwa "masalah ini tidak menjadi agenda Kremlin".

"Karena bukan masalah kami, saya tidak tahu ada opsi-opsi apa saja menyangkut perkembangan situasi. Kami juga tidak tahu masalah hukum ataupun aspek-aspek lainnya dalam masalah ini," kata Dmitry Peskov.

sumber : Antara

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement