Rabu 14 Aug 2013 15:57 WIB

Sebelum Pengusiran, Militer Bagikan Kekuasaan Kepada Pendukung Mubarak

Rep: Bambang Noroyono/ Red: A.Syalaby Ichsan
Kepala militer Mesir, Jenderal Abdel Fatah al-Sisi
Foto: policymic
Kepala militer Mesir, Jenderal Abdel Fatah al-Sisi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sebelum aksi pengusiran dan pembantaian militer Mesir terhadap pendukung presiden terguling Muhammad Mursi, pemerintah bentukan militer membagi kekuasaan kepada pendukung rezim Husni Mubarak.

Bagi-bagi kekuasaan antar pelaku kudeta itu terjadi saat Rabu (14/8) waktu setempat. New York Times melansir, dari 25 nama gubernur di 25 provinsi, 19 nama diantaranya adalah jenderal dan pensiunan militer.

Dikatakan, 17 nama diantaranya dari kalangan militer dan dua lainnya jenderal di kepolisian.Transformasi paksa kekuasaan tersebut juga meluncurkan nama-nama sipil yang tak asing semasa pemerintahan Mubarak.

Tokoh senior Partai Demokratik Nasional (NDP) Galal Mostafa Saed dapat jatah wilayah terpadat. Saed akan menjadi gubernur untuk Daerah Kairo Raya. Saed adalah sekutu politik utama Mubarak.

Kelompok reformasi 2011 pernah mengusir Saed dari Mesir. Namun tidak ada informasi mengenai kemunculan kembali ''antek rezim lama'' tersebut.

New York Times mengatakan, Panglima Mililter Jenderal Abdel Fattah el-Sisi setuju dengan forum bagi-bagi kekuasaan tersebut. Nama lain yang muncul adalah, Mahmoud Othman Ateeq.

Bekas Gubernur Provinsi Aleksandria ini berpangkat jenderal di militer. Senior el-Sisi di angkatan darat ini dikatakan, salah satu pengatur strategi demonstrasi guru 2011 sebelum Mubarok lengser. Ateeq mendapat jatah kursi Gubernur Provinsi Suhaj.

Di Provinsi Suez, Jenderal Arabi al-Serwy mulus mendapatkan jatah gubernur. Sedangkan di Provinsi Sharqiya akan dipimpin Jenderal Polisi Sami Sidhom. Dua nama terkahir sama saja. keduanya punya keterlibatan pembungkaman kelompok aktivis selama 30 tahun Mubarak memimpin.

Ditunjukknya para jenderal dan orang terdekat rezim lama di semua wilayah Mesir, dikatakan cara el-Sisi mengembalikan dominasi militer era Mubarak. Manuver politik jenderal angkatan darat tersebut, dikatakan membelakangi kesepakatan dengan kelompok sipil penentang Presiden terguling, Muhammad Mursi.

Seorang aktivis Islam dari kelompok Tamarrod, Alaa Abdul el-Fattah mengatakan langkah el-Sisi kali ini membuka topeng sebenarnya. Semua faksi politik - termasuk kelompok liberal, dikatakan dia adalah korban penipuan dari rencana besar mengembalikan rezim Mubarak.

''Jenderal el-Sisi, tidak ubahnya seperti Mubarak,'' kata dia, seperti dilansir New York Times, Rabu (14/8). Padahal, menurut dia, prioritas utama membawa kestabilan politik di Mesir dengan mempertimbangkan semua faksi politik untuk duduk di kursi pemerintahan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement