REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAOLO -- Hubungan Brasil dan Amerika Serikat, menegang setelah Negeri Samba tersebut dilaporkan disadap intelijen NSA. Penyadapan itu membuat AS kehilangan kontrak miliaran dolar AS dengan Brasil dalam tender pesawat terbang.
Salah satunya Brasil memutuskan membeli pesawat terbang dari perusahaan Swedia, Saab, ketimbang Boeing. Saab pun memenangkan kontrak senilai 4,5 miliar dolar AS untuk memasok 36 pesawat jet ke Brasil.
Kesepakatan itu adalah salah satu kontrak terbesar. Selain menyingkirkan Boeing, Saab juga sukses mengalahkan kompetitornya Dassault Aviation.
Banyak pihak sebelumnya memperkirakan Boeing dan Dassault keluar sebagai pemenang dalam tender tersebut. Namun, peluang keduanya sirna menyusul dugaan penyadapan terhadap Presiden Brasil, Dilma Rousseff beserta ajudannya, dan sebuah perusahaan minyak Petrobas.
Ahli politik dari Universitas Brasil, David Fleischer, mengatakan Rousseff tertarik membeli pesawat Boeing. Ia juga diprediksi akan mengumumkan keputusannya tersebut dalam kunjungannya ke Washington. "Peluang itu sangat besar, namun kemudian NSA merusak peluang itu," katanya seperti dilaporkan BBC.
Keputusan Brasil memilih Saab beberapa pekan setelah Korea Selatan memilih bekerja sama Lockheed Martin ketimbang Boeing. Komandan Angkatan Udara Brasil, Juniti Saito, mengaku baru mendengar keputusan tersebut sehari sebelum bertemu Presiden Rousseff.
Namun, para pejabat Brasil beralasan, keputusan memilih Saab karena perusahaan tersebut menawarkan pesawat terbang dengan harga yang lebih terjangkau. Namun, tak sedikit pejabat yang menyatakan, keputusan Brasil memilih Saab tak lepas dari kabar penyadapan yang dilakukan NSA.
Perusahaan Saab enggan berkomentar terkait pembeliaan pesawat itu. Dalam perjanjian tersebut, pesawat jet akan diserahkan sekitar dua tahun ke depan, 12 pesawat lainnya akan dikirimkan setiap tahun setelah itu.
Laporan penyadapan NSA terhadap Presiden Rousseff diberitakan pertama kali jurnalis Glenn Greenwald, yang mendapatkan dokumen rahasia dari mantan mata-mata NSA, Edward Snowden. Akibatnya, Presiden Brasil pun memutuskan membatalkan kunjungannya ke Washington pada Oktober ini.
Brasil telah menunda keputusan kontrak itu selama bertahun-tahun. Sebelumnya, Snowden menawarkan bantuan kepada Brasil untuk menyelidiki penyadapan di negara tersebut. Ia juga mengincar mendapatkan suaka dari Brasil.
Namun, menurut pejabat di Kementerian Luar Negeri Brasil, pemerintah belum akan merespon bantuan yang ditawarkan Snowden melalui sebuah akun Facebook itu.
“Pemerintah tidak akan memberikan respon terhadap rumor yang sedang beredar,” katanya.