Sabtu 04 Jan 2014 12:26 WIB

Gerilyawan Suriah Serang Pipa Gas

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Karta Raharja Ucu
Gerilyawan Suriah melepaskan tembakan saat terjadi baku tembak dengan pasukan pemerintah Suriah di pinggiran Damaskus, Ibukota Suriah.
Foto: AP
Gerilyawan Suriah melepaskan tembakan saat terjadi baku tembak dengan pasukan pemerintah Suriah di pinggiran Damaskus, Ibukota Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Kelompok gerilyawan menyerang saluran gas utama di pedesaan di pinggir Damaskus, Suriah, Jumat (3/1) kemarin. Serangan tersebut menyebabkan kebakaran besar.

Menteri Perminyakan Suriah, Sulaiman Abbas kepada kantor berita SANA mengatakan, terjadi pemadaman listrik besar-besaran di Damaskus dan wilayah selatan karena pasokan gas ke stasiun listrik terhenti. Pipa gas itu terletak di daerah al-Baitarieh. Api yang membumbung tinggi tampak menerangi langit Damaskus yang gelap.

Bersamaan dengan itu, kelompok gerilyawan lainnya menargetkan pembangkit listrik kunci lain di kota pesisir Banyas. Serangan itu juga menyebabkan pemadaman listrik di daerah itu. Kelompok oposisi melakukan serangkaian serangan terhadap infrastruktur negara.

Sebanyak 2,5 juta penduduk di Damaskus telah terbiasa dengan seringnya listrik padam di tengah eskalasi pertikaian militer. Pekan lalu, Menteri Kelistrikan Suriah Imad Khamis mengatakan kapasitas stasiun pembangkit listrik di negara itu turun 50 persen akibat serangan pemberontak.

 

"Kapasitas stasiun pembangkit listrik menurun menjadi 50 persen setelah kelompok gerilyawan bersenjata menargetkan menara bahan bakar, pipa gas dan stasiun listrik yang berdampak negatif pada kehidupan warga Suriah, perusahaan publik dan swasta," kata Khamis, seperti dilansir kantor berita Azeri, Sabtu (4/1).

 

Media resmi Suriah melaporkan pada September kerugian keuangan sektor energi saja mencapai dua triliun pound Suriah atau sekitar 140 miliar doalr AS sejak pecahnya perang pada Maret 2011. Sementara itu, Khamis mengatakan pihaknya telah menandatangani 20 kontrak dengan perusahaan India selama tiga bulan terakhir senilai 60 juta euro. n azeri/ani nursalikah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement