Jumat 28 Feb 2014 16:16 WIB

Mendagri Ukraina Kutuk Pendudukan Bandara Crimea

Konflik di Ukraina
Foto: VOA
Konflik di Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW-- Menteri dalam negeri Ukraina Arsen Avakov Jumat mengatakan pasukan Rusia telah menguasai dua bandara di wilayah Krimea dan mengutuk invasi bersenjata dan pendudukan mereka. Dia mengatakan belum ada pertumpahan darah atau bentrokan ketika orang-orang bersenjata yang ia gambarkan sebagai angkatan laut Rusia itu mengambil alih bandara militer dekat pelabuhan Sevastopol di mana Armada Laut Hitam Rusia berpangkalan.

Orang-rang bersenjata ia gambarkan sebagai mewakili Federasi Rusia telah mengambil alih bandara internasional Simferopol tanpa bentrokan. "Saya menganggap apa yang telah terjadi adalah invasi bersenjata dan pendudukan yang melanggar semua perjanjian dan norma internasional," kata Menteri Dalam Negeri Arsen Avakov di laman Facebook-nya.

Dia menggambarkan pendudukan bandara itu sebagai provokasi bersenjata dan menyerukan dilakukannya pembicaraan. Laporan-laporan dari Kiev menyebutkan, para prajurit Rusia mengenakan helm dan lapis baja pelindung tubuh serta didukung oleh personel operator lapis baja yang telah mengambil posisi di sekeliling bandara militer di Sevastopol, di Krimea, Ukraina, kata kantor berita Interfax.

Kantor berita ini mengutip sumber-sumber militer di wilayah itu mengatakan bahwa mereka telah pergi ke bandara militer Belbek untuk menghentikan "para pejuang" itu agar mereka tidak masuk. Menurut laporan dari berbagai kantor berita, sekitar 50 orang bersenjata tak dikenal Jumat merebut bandara ibu kota Krimea Simferopol, sehari setelah orang-orang bersenjata pro-Rusia mengambil alih gedung-gedung pemerintah di kota itu, kata kantor berita Interfax-Ukraina mengutip para saksi.

Para pria bersenjata itu membawa bendera angkatan laut Rusia mengambil alih bandara semalam setelah tiba dengan beberapa truk, kata laporan itu. Satu sumber saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa orang-orang bersenjata itu tampaknya mengendalikan bandara pada Jumat pagi.

Pada Kamis Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Krimea, yang tetap berada di bawah kontrol orang-orang bersenjata pro-Moskow, memilih untuk mengadakan referendum pada 25 Mei untuk memperluas daerah otonomi dari Kiev dan mengganti pemerintah daerah dengan pejabat pro-Rusia.

Serbuan itu menyusul penggulingan Presiden Ukraina sekutu Kremlin Viktor Yanukovych akhir pekan lalu dalam perubahan cepat setelah kematian puluhan orang dalam bentrokan di Kiev. Ukraina pada Kamis mengatakan pihaknya akan menganggap pergerakan apapun yang dilakukan oleh militer Rusia di Krimea - di luar pangkalan Armada Laut Hitam Rusia di Sevastopol - sebagai tindakan agresi.

Presiden sementara Ukraina, Oleksander Turchinov, mengeluarkan peringatan tersebut di depan parlemen nasional setelah orang-orang bersenjata menduduki gedung-gedung pemerintah dan parlemen daerah di Krimea. Di Krimea, beberapa warga etnis Rusia menginginkan wilayah itu bergabung dengan Federasi Rusia.

Turchinov, yang juga merupakan panglima angkatan bersenjata Ukraina, meminta Moskow untuk mematuhi aturan-aturan perjanjian yang mengizinkan Rusia menempatkan armada Laut Hitamnya di Sevastopol hingga tahun 2042.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement