REPUBLIKA.CO.ID, KIEV-- Pasukan Rusia mulai bergerak menurunkan tentaranya ke wilayah Krimea, Ukraina, dengan feri pada Senin setelah merebut kendali pos perbatasan di sisi Ukraina dari jalur laut, kata para penjaga perbatasan Ukraina. Rusia yang merebut semenanjung Laut Hitam yang terisolasi telah mengepung terminal feri selama berhari-hari, tetapi hingga kini tidak mengambil alih stasiun penjaga perbatasan Ukraina.
Seorang juru bicara penjaga perbatasan mengatakan, tentara Rusia merebut pos pemeriksaan setelah penjaga perbatasan berusaha menghentikan dua bus yang membawa tujuh orang bersenjata, dan feri berikutnya membawa tiga truk bermuatan tentara seluruhnya.
Sebelumnya pada Senin, penjaga perbatasan Ukraina mengatakan mereka telah melihat sekelompok kendaraan lapis baja di sisi 4,5 kilometer (2,7 mil) Selat Kerch yang memisahkan semenanjung Krimea dengan Rusia selatan. Pasukan Rusia telah merebut Krimea dan Presiden Vladimir Putin telah menyatakan Moskow memiliki hak untuk campur tangan di Ukraina guna melindungi warga Rusia di sana, yang memicu krisis terbesar antara Rusia dan Barat sejak Perang Dingin.
Sementara itu di London, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Fancoise Hollande Senin mengecam Rusia dengan menyebut bahwa tindakan negara itu di Ukraina sebagai tindakan yang "tidak dapat diterima."
Cameron, yang menghubungi kedua pemimpin Jerman dan Prancis secara terpisah, menyepakati bahwa respon bersama atas Ukraina dibutuhkan untuk menyelesaikan krisis di negara tersebut. "Dalam dua pembicaraan itu, para pemimpin tidak sepakat bahwa bahwa komunitas internasional harus satu suara dalam persoalan ini dan harus menyampaikan pesan yang jelas kepada Rusia bahwa tindakannya di Ukraina tidak dapat diterima," demikian pernyataan resmi dari kantor Cameron.
Ketiga negara menyatakan bahwa peran besar Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi internasional lain sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan krisis di Ukraina. Mereka juga menyuarakan dukungan terhadap warga Ukraina dan pemerintahnya.
Sebelumnya, Cameron mengingatkan bahwa Rusia akan menghadapi tekanan diplomatik, politik dan ekonomi sebagai dampak dari tindakannya yang dinilai melanggar kedaulatan Ukraina. "Kami ingin menyaksikan eskalasi krisis ini untuk segera diredakan. Tindakan yang diambil oleh pemerintah Rusia justru menimbulkan dampak sebaliknya karena mereka telah melanggar kedaulatan dan kesatuan wilayah dari negara lain," kata Cameron. "Kita harus memberikan tekanan politik, diplomatik, dan ekonomi untuk menegaskan pesan ini kepada pemerintah Rusia," katanya.