REPUBLIKA.CO.ID,SEVASTOPOL -- Uni Eropa diperkirakan akan memberlakukan larangan perjalanan dan pembekuan aset pada Senin terhadap puluhan warga Rusia yang terlibat dalam krisis Krimea. Langkah ini diambil menyusul tindakan Rusia yang justru membuat ketegangan di Krimea semakin meningkat.
Menurut diplomat Eropa seperti dilansir dari Reuters, diplomat Uni Eropa akan memilih dari sekitar 120-130 warga Rusia yang akan dikenai sanksi karena telah mendukung pejabat Moskow untuk mengambil alih Krimea. Ia pun berharap dari daftar tersebut, hanya sekitar puluhan orang saja yang akan terkena sanksi.
Menurut koran Jerman Bild, bos monopoli gas alam Gazprom, Alexei Miller, dan kepala perusahaan minyak terbesar di Rusia Rosneft, Igor Sechin, menjadi salah satu target yang akan terkena sanksi. Selain itu, surat kabar itu juga menyebutkan para menteri senior dan sekutu Kremlin juga turut terkena sanksi.
Namun, laporan ini belum dapat dikonformasi. "Kepentingan bisnis bukanlah target awal, fokus kami adalah pada keputusan politik terkait Krimea dan Ukraina," kata seorang diplomat yang terlibat dalam negosiasi.
Sementara itu, Juru bicara Rosneft Mikhail Leontyev, mengatakan sanksi yang akan dijatuhkan kepada bosnya merupakan tindakan bodoh, picik, dan merupakan sabotase terhadap diri mereka sendiri. "Saya rasa hal ini akan berpengaruh pada mitra bisnis Rosneft di Barat," katanya.
Moskow sendiri telah menerjunkan lebih banyak pasukannya dengan perlengkapan militernya ke Krimea pada Jumat lalu. Mereka pun melancarkan ancaman serangan di beberapa bagian di Ukraina sebagai bentuk balasan atas kekerasan di Donetsk pada Kamis malam.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan Rusia akan menyesal telah mendukung ketegangan di Krimea jika parlemennya meratifikasi referendum Krimea. Sedangkan, Menlu Rusia sendiri yang telah berbicara dengan Kerry mengatakan Rusia tak berencana menginvasi wilayah Ukraina. Namun, lanjutnya, Rusia akan tetap menghormati hasil referendum yang akan digelar.