Selasa 22 Apr 2014 13:41 WIB

Senjata Kimia di Suriah Diduga Klorin

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Foto yang diambil 23 Maret lalu ini memperlihatkan kematian hewan yang diduga karena senjata kimia
Foto: Reuters
Foto yang diambil 23 Maret lalu ini memperlihatkan kematian hewan yang diduga karena senjata kimia

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, pada Senin (21/4) waktu setempat menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki kemungkinan pemerintah Suriah masih menggunakan racun sebagai senjata perang. Racun dari bahan kimia itu diduga digunakan dalam serangan baru-baru ini terhadap daerah oposisi di desa Kafr Zeita, provinsi Hama, sekitar 125 kilometer utara kota Damaskus.

Hal ini mengancam posisi Presiden Suriah Bashar Al Assad. Jika terbukti, maka Assad melanggar perjanjian internasional yang menyatakan Suriah harus menghancurkan semua stok senjata kimia. Pemerintah Assad maupun oposisi saling menyalahkan atas serangan gas beracun pada 11 April lalu tersebut.

‘’Kami memiliki indikasi penggunaan bahan kimia beracun,diduga klorin,’’ kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki, dikutip dari Washington Post.

Juru bicara Gedung Putih, Jay Carney menuduh rezim Assadbertanggung jawab atas serangan tersebut.Psaki juga mengatakan pemerintah Suriah mungkin akan meluncurkan senjata kimia baru pada bulan April ini sebelum pemilihan presiden Suriah 3 Juni mendatang.

Selanjutnya, Psaki menolak memberikan bukti lebihdetail terkait tuduhan. Gas klor merupakan bahan kimia berbahaya yang dapatdijadikan senjata mematikan. Gas ini pernah digunakan saat perang dunia I. Tuduhan tersebut juga datang dari Presiden Prancis Francois Hollande.

Prancis mengaku mendapat informasi tapi tak memiliki bukti. Sementara Samantha Power, duta besar AS untuk PBB mengatakan kepada ABC bahwa laporan penggunaan toksin oleh pemerintah Suriah masih tidak berdasar. Dikutip dari Reuters, aktivis oposisi pemerintah melaporkan sebuah helikopter menjatuhkan gas klorin ke daerahnya pada 11-12 April.

Psaki mengatakan sebenarnya Klorin bukan merupakan senyawa prioritas yang masuk dalam kesepakatan penghancuran senjata kimia Suriah. Psaki mengatakan AS telah berkonsultasi, berbagi informasi dan bekerja sama dengan negara lain, juga organisasi termasuk Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

OPCW terus mengawasi penghancuran stok bahan kimia Suriah berdasarkan kesepakatan tahun lalu. Organisasi ini telah menetapkan batas waktu 27 April bagi Suriah untuk menyerahkan semua senjata kimia. Kepala misi senjata kimiainternasional untuk Suriah memperkirakan pemerintah Assad telah menghapus sekitar 80 persen dari stok yang ada.

Sementara, dikutip dari AFP, beberapa ahli anti senjata kimia rezim Assad mengatakan minggu lalu, senjata kimia yang dihapuskan dari Suriah baru 65 persen. Jumlah itu sebagian besar, termasuk yang paling bahaya, telah dikirim ke kapal angkatan laut AS untuk dihancurkan di laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement