Jumat 02 May 2014 18:57 WIB

Pagi Syahdu Di Ibu Kota ...

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Anzac (Australian and New Zealand Army Corps) diperingati tiap tanggal 25 April oleh warga Australia dan Selandia Baru. Tradisi ini sudah berjalan puluhan tahun dan diperingati oleh semua warga kedua negara tersebut di seluruh dunia, salah satunya mereka yang ada di Jakarta.

Pagi itu, tanggal 25 April, suasana hening dan syahdu menyelimuti ‘Djakarta War Cemetery’ di kawasan Menteng Pulo. Tua muda, pejabat pemerintah, mantan pejuang, siswa sekolah, hingga masyarakat umum, turut hadir dalam peringatan Hari Anzac di Ibukota Indonesia ini.

Semua tertunduk seraya mengirim doa mengenang para pejuang perang yang telah berjasa bagi bangsa.

Awalnya, Hari Anzac diperingati untuk menghormati jasa tentara Australia dan Selandia Baru, yang bertempur di Gallipoli, Turki, selama Perang Dunia 1.

Kini, Anzac diperingati untuk mengenang semua warga Australia & Selandia Baru yang bertugas, dan gugur dalam segala peperangan, konflik, atau misi perdamaian.

Kevin Parker, salah seorang veteran asal Australia yang tinggal di Indonesia, menyebut, ia datang ke acara peringatan ini untuk mengenang sahabatnya semasa perang dulu, Sersan Frederick Smith, yang baru saja meninggal dunia tahun lalu. Ia mengingat kebersamaan mereka berjuang tahun 1941-1942 di Kupang, sebagai periode yang tak akan lekang dalam ingatannya. Terlebih, mereka berdua juga pernah menjadi tahanan perang.

Selain veteran asal negeri Kangguru, veteran asal Indonesia turut hadir dalam peringatan Anzac di Jakarta. Bagi Marsekal Purnawirawan Poengky Poernomodjati, kenangan perang begitu membekas. Baginya, perang adalah perjuangan seluruh jiwa dan raga untuk mempertahankan harga diri bangsa.

Veteran Poengky mengharap agar kaum muda tak pernah lupa akan perjuangan para pendahulu mereka yang bertempur meregang nyawa.

Finn Robertson dari SMA Wellington, mengatakan, momen peringatan Anzac seperti yang dilakukan di ‘Djakarta War Cemetry’ ini adalah sesuatu yang memiliki arti dalam dan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan. Baginya, pahlawan adalah orang-orang yang berjuang untuk kebaikan bersama dan rela mengorbankan apapun yang dimilikinya.

Hal senada juga diungkapkan Richard Stacpoole, siswa asal Amerika Serikat. Ia mengatakan, pahlawan adalah mereka yang mengorbankan harta dan nyawa untuk menolong orang banyak.

Perhatian kaum muda terhadap sejarah sungguh penting, agar generasi penerus ini paham bahwa alam kebebasan yang diperoleh saat ini, sebagian berasal dari perjuangan para pendahulu.

Michelle dan Mutiara, siswi Al-Azhar Jakarta, mengungkapkan, pahlawan berjuang untuk mempertahankan harga diri bangsa “Mempertahankan apa yang seharusnya dipertahankan,” ujar mereka. Kedua siswi ini melanjutkan, karena pengorbanan mereka alam kebebasan yang dirasakan sekarang bisa diraih “Buktinya kita bisa menikmati jalan-jalan tanpa ada tembakan..tanpa ada perang.”

Pepatah lama mengatakan ‘penghargaan terhadap sejarah mampu menunjang kemajuan suatu bangsa’, agaknya pepatah ini terwujud dalam peringatan Hari Anzac.   

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement