Senin 28 Apr 2014 19:06 WIB

Mahasiswa Indonesia Kaji Krisis Ukraina

Peta Ukraina
Foto: VOA
Peta Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Program Studi Rusia dan Departemen Kewilayahan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) akan membahas krisis Ukraina dengan menggelar seminar bertajuk "Krisis Ukraina dan Pengaruhnya bagi Asia Tenggara".

"Kami akan menggandeng Kedubes negara-negara Adi Daya yaitu Rusia dan Amerika Serikat," kata Humas FIB UI Adi Kristina Wulandari di Depok, Senin (28/4).

Menurut dia seminar yang digelar pada Selasa siang ini (29/4) bertindak sebagai Keynote Speaker adalah Duta Besar Federasi Rusia (YM Mikhail Galuzin) dan Dubes Amerika Serikat (YM Robert O. Blake, Jr) sebagai pembicara untuk sessi diskusi akan hadir Casey Mace (Asisten Kepala Bagian Politik Luar Negeri Kedubes AS), Oleg Kopylov (Penasehat Bidang Politik Kedubes Rusia) dan A. Fahrurodji (Koordinator Program Studi Rusia FIB UI).

Konflik politik di Ukraina yang berlangsung di akhir tahun lalu berbuntut pada digulingkannya pemerintahan Presiden Viktor Yanukovich dalam sebuah aksi massa yang terjadi di Lapangan Maidan, Kiv. Parlemen Ukraina, Verkhovnaya Rada, memutuskan untuk mengambil alih pemerintahan dan menetapkan pemerintahan sementara.

Pemerintahan ad interim yang dikuasai kelompok Euromaidan, sebuah kelompok ultranasionalis Ukraina, didukung oleh negara-negara Barat yang tergabung dalam Uni Eropa dan AS. Berbagai aksi massa yang brutal dan bentrokan bersenjata terjadi mengiringi proses peralihan pemerintahan itu.

Rusia, yang dari awal mendukung pemerintahan Presiden Yanukovich mengambil langkah dengan mengirim pasukannya ke wilayah Krimea, dimana terdapat salah satu pangkalan militernya di Sevastopol. Rusia menilai bahwa tindakannya itu merupakan langkah preventif untuk mengantisipasi meluasnya kerusuhan ke wilayah yang mayoritas penduduknya merupakan etnis berbahasa Rusia.

Rusia mendukung keputusan pemerintah Otonom Krimea untuk mengadakan referendum untuk melepaskan diri dari Ukraina dan bergabung dalam Federasi Rusia. Tindakan Rusia ini mendapat reaksi keras dari pemerintah ad interim Ukraina dan negara-negara Barat yang tergabung dalam UE dan AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement