Selasa 29 Apr 2014 19:30 WIB

AS: Soal Ukraina, Rusia Terlalu Agresif

Peta Ukraina
Foto: VOA
Peta Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK --  Duta Besar AS untuk Indonesia, Robert Orris Blake Jr, menilai bahwa Rusia sampai saat ini belum menunjukkan komitmennya untuk secara pro-aktif mendorong kelompok pro-Moskow di Ukraina timur untuk menyerahkan senjata dan meninggalkan gedung pemerintah yang dikuasainya.

"Selain itu, kami juga menyaksikan bahwa pemerintah Rusia masih belum menarik pasukannya di perbatasan Ukraina. Hal ini tentu saja tidak membantu meredakan konflik separatis di negara tersebut sehingga melanggar kesepaktan Jenewa," kata Blake.

Blake juga menegaskan bahwa Amerika Serikat bersama Uni Eropa akan terus menekan Rusia dengan sejumlah sanksi ekonomi yang dinilai telah berhasil membuat Moskow "membayar mahal" atas aksi agresifnya terhadap Ukraina.

Blake memaparkan, sejak sanksi ekonomi diberlakukan saham gabungan Rusia anjolk 26 persen, mata uang rubel melemah enam persen dibanding dolar, dan status hutangnya turun menjadi BBB-.

Krisis di Ukraina berawal saat presiden pro Rusia Viktor Yanukovich digulingkan oleh serangkaian aksi massa pada akhir tahun lalu. Moskow kemudian bereaksi dengan menyatakan bahwa pemerintah sementara di Kiev tidak konstitusional dan menganeksasi Krimea untuk melindungi etnis minoritas berbahasa Rusia di wilayah tersebut.

Aneksasi Krimea tersebut kemudian memicu serangkaian kekerasan dari kelompok separatis di Ukraina timur yang ingin wilayan tersebut juga bergabung dengan Rusia. Berbekal senjata, kelompok separatis tersebut menguasai sebagian gedung pemerintah daerah Ukraina.

Moskow mengatakan bahwa aksi separatisme tersebut dipicu oleh kebijakan pemerintah sementara Kiev yang tidak melindungi hak-hak kelompok minoritas berbahasa Rusia di Ukraina timur. Moskow bahkan menuduh Kiev telah melakukan pelanggaran hak asasi besar di wilayah itu.

Sementara itu, negara-negara Barat mengatakan agen-agen rahasia Rusia telah dengan sengaja memprovokasi kerusuhan bahkan mempersenjatai kelompok separatis. Rusia membantah tuduhan itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement