Jumat 02 May 2014 20:01 WIB

Hadapi Separatis Pro-Rusia, Ini Langkah yang Ditempuh Kiev

 Milisi pro-Rusia bersenjata lengkap berjaga di jalan raya di kota Lugansk, Ukraina, Selasa (29/4).
Foto: EPA/Zurab Kurtsikidze
Milisi pro-Rusia bersenjata lengkap berjaga di jalan raya di kota Lugansk, Ukraina, Selasa (29/4).

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV --  Ukraina telah memberlakukan kembali wajib militer untuk menghadapi kaum separatis pro-Rusia yang semakin meningkatkan kekerasan dan telah merebut gedung-gedung di kira-kira 12 kota di Ukraina timur yang berbahasa Rusia.

 

Seperti dilansir voanews.com, Jumat (2/5), Presiden sementara Oleksandr Turchynov menandatangani dekrit wajib militer Kamis (1/5), hanya beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menuntut agar Ukraina menarik semua tentaranya dari daerah rusuh dekat perbatasan Rusia itu.

 

Putin menyampaikan tuntutan itu dalam pembicaraan telepon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, yang akan bertemu dengan Presiden Amerika Barack Obama Jumat di Washington.

Kantor berita Interfax Rusia mengatakan Putin juga menekankan perlunya dialog nasional yang luas di Ukraina yang melibatkan semua daerah dan kekuatan politik.

 

Dekrit wajib militer Ukraina, yang sasarannya pemuda berusia 18 sampai 25 tahun, ditandatangani sehari setelah pemimpin Ukraina itu mengatakan pemerintahannya tidak berdaya menumpas gerakan separatis pro-Rusia yang meningkat di dua daerah bagian timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement