REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina memperluas serangan militernya Sabtu (3/5) terhadap separatis pro-Rusia di wilayah timur negara itu, tempat sejumlah pemantau Eropa yang disandera oleh militan telah dibebaskan. Suasana duka melanda kota Odessa, di selatan Ukraina, dimana lebih dari 40 orang tewas Jumat karena bentrokan di antara kedua pihak.
Pasukan Ukraina memasuki Kramatorsk, sebuah kota sekitar 17 kilometer sebelah selatan Slovyansk, dimana serangan terjadi sehari sebelumnya. Warga Kramatorsk Andrey Kravchuk mengatakan kepada VOA ia mendengar bunyi ledakan dan senjata api.
Vasil Krutov, kepala Pusat Anti-Teror Ukraina, melaporkan adanya pertempuran dan bentrokan hebat di Kramatorsk, dan jatuhnya sejumlah korban. Namun, ia tidak menyebutkan berapa orang yang tewas atau luka-luka. Dalam konferensi pers di Kyiv, Krutov mengatakan bentrokan di Kramatorsk berkembang menjadi konflik militer yang berkepanjangan.
Sayangnya, katanya, pasukan Ukraina menghadapi lawan yang sangat serius. "Apa yang terjadi di Donetsk dan seluruh wilayah timur..," kata Krutov kepada wartawan, "...bukan hanya merupakan aksi jangka pendek yang direncanakan, tapi perang yang sesungguhnya."
Suara tembakan senjata juga dilaporkan di Slovyansk, tempat militer sebelumnya menghadapi perlawanan sengit dari kelompok separatis. Setidaknya sembilan orang terbunuh disana Jumat, termasuk dua petugas yang tewas ketika militan menembak jatuh dua helikopter militer.
Krutov mengatakan pasukan Ukraina sekarang menguasai semua jalan yang menuju Slovyansk.
Ia mengatakan bahwa konsentrasi terbesar militan pro-Rusia – yang disebutnya “teroris” – sekarang berada di Slovyansk. Selain mengepung kota, Krutov mengatakan pasukan yang mendukung pemerintah Kyiv sekarang menguasai penuh menara radio dan televisi.
Seorang warga Slovyansk yang tidak menyebutkan namanya mengatakan bahwa pejuang separatis yang berada di kota sedang membangun kembali pertahanannya. "Saat ini," kata lelaki itu, "tidak ada pihak yang menguasai pos-pos pemeriksaan. Warga lokal kembali membangun barikade."
Militan yang menyandera sekelompok pemantau militer dari Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa, telah membebaskan ke 12 sandera ini di Slovyansk. Media Rusia melaporkan tujuh orang Eropa dan lima orang Ukraina telah dibebaskan setelah perundingan yang melibatkan utusan yang dikirim Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pemerintah Ukraina dan fihak Barat berpendapat bahwa Rusia mendukung separatis yang mengguncang negara itu menjelang pemilu 25 Mei. Rusia mengatakan bahwa pemerintah Ukraina dan pendukungnya dari Barat melakukan provokasi sehingga terjadi pertumpahan darah dan harus bertanggung jawab.