REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemungutan suara bagi kemerdekaan di Ukraina timur berlangsung pada pekan ini seperti yang direncanakan, kata pemberontak di sana, Kamis, meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin menyeru mereka menundanya.
"Penentuan pendapat rakyat akan berlangsung pada 11 Mei," kata pemimpin pemberontak Republik Rakyat Donetsk, Denis Pushilin, kepada wartawan.
Wanita juru bicara pemberontak di kota panas Slavyansk kepada AFP memastikan bahwa pemungutan suara tersebut akan terjadi pada Minggu.
Pemberontak di republik lain, yang memroklamasikan diri berpusat di kota Lugansk, mengatakan juga tetap pada rencana penentuan pendapat rakyat serentak pada Minggu.
Kepastian itu muncul sehari sesudah Putin mendesak pemberontak pendukung Rusia menunda pemungutan suara itu untuk memberikan ruang perundingan untuk mengakhiri kemelut di Ukraina.
Sesudah terjebak oleh seruan Putin itu, pemberontak berembuk dan pada Kamis menolak saran pemimpin Rusia tersebut.
"Tanggal penentuan pendapat tidak akan diundurkan," kata Pushilin, dengan menambahkan bahwa dewan pengelola republik itu memilih terus maju dengan pemungutan suara daerah tersebut.
Pejabat Ukraina pada Kamis pagi menolak seruan Putin bagi penghentian gerakan tentara terhadap pemberontak, yang menguasai lebih dari selusin kota.
NATO juga menyatakan tidak melihat tanda pasukan Rusia di perbatasan Ukraina ditarik, seperti kata Putin.
Rusia pada Kamis kembali menyatakan telah menarik semua tentaranya di dekat perbatasan dengan Ukraina dan menuduh Ukraina menggelar pasukan dengan 15.000 tentara di wilayahnya.
"Guna menghindari pancingan lebih jauh, kami mundur dari perbatasan, termasuk satuan kiat, yang berada di sana untuk pelatihan," kata Wakil Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Antonov kepada wartawan.
Pernyataan itu dikeluarkan sehari setelah Putin menyatakan Rusia telah menarik tentaranya, yang dibantah Pentagon dan Gedung Putih.
Sejauh ini, tak ada negara NATO secara resmi mengajukan keluhan mengenai dugaan pelanggaran Rusia atas kewajiban dunianya berkaitan dengan senjata konvensional, kata Antonov.
Sementara itu, pejabat tersebut menyatakan Ukraina mengerahkan 15.000 prajurit ke dekat perbatasannya dengan Rusia dan Kiev melanjutkan rencana tentaranya. "Itu sejalan dengan pembangunan tentara NATO di Eropa Timur," katanya.