REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK-- Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) pada Selasa (20/5) memperkirakan ketegangan di Ukraina telah membuat sebanyak 10.000 warga sipil kehilangan tempat tinggal.
UNHCR menyatakan jumlah orang yang terpengaruh terus bertambah, kata Stephane Dujarric, Juru Bicara sekretaris jenderal PBB, dalam satu taklimat harian.
"Satu misi penilaian belum lama ini telah diselesaikan dan UNHCR bekerjasama secara erat dengan pemerintah lokal, lembaga lain PBB dan mitra organisasi non-pemerintah guna membantu mereka yang paling terpengaruh," kata Dujarric.
Ia menambahkan sejauh ini, misi tersebut meliputi penyediaan bantuan hukum, bantuan buat 150 keluarga, bantuan uang kontan buat 2.000 orang, dan penyediaan tempat berteduh buat 50 keluarga.
Menurut UNHCR, penduduk yang terpengaruh, kebanyakan orang Tatar, selain orang Ukraina, Rusia dan keluarga campuran, telah meninggalkan Krimea dan daerah bergolak di Ukraina Timur ke bagian lain negeri itu, karena khawatir mengenai ketidak-amanan dan hukuman, kata Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. Sedikitnya sepertiga orang yang kehilangan tempat tinggal adalah anak kecil.
Kebanyakan keluarga yang kehilangan tempat tinggal telah pergi ke Ukraina Barat dan Tengah, meskipun sebagian juga mengungsi ke bagian timur dan selatan negeri tersebut.
Satu laporan PBB yang disiarkan pada Jumat lalu (16/5) mendokumentasikan kemerosotan mengerikan kondisi hak asasi manusia di Ukraina Timur, selain masalah serius yang muncul di Krimea.