Kamis 22 May 2014 19:59 WIB

Uni Eropa Akan Boikot Thailand

 Personel militer Thailand menjaga komplek kantor Perdana Menteri Thailand di Bangkok, Selasa (20/5).
Foto: AP/Sakchai Lalit
Personel militer Thailand menjaga komplek kantor Perdana Menteri Thailand di Bangkok, Selasa (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Perdana Menteri sementara Thailand, Surapong Tovichakchaikul, mengatakan ia menerima sinyal dari Uni Eropa (UE) yang mungkin memboikot Thailand jika pemilihan umum berikutnya tertunda di negara ini.

Surapong mengatakan, bahwa setelah penerapan darurat militer di Thailand, Uni Eropa mengeluarkan surat untuk menyatakan keprihatinannya mengenai negara itu.

Dia mengatakan ekspresi tersebut menunjukkan bahwa jika pemilu berikutnya ditunda atau ada kudeta, Uni Eropa dan Amerika Serikat pasti akan memboikot Thailand.

"Saya menyerukan Jenderal Prayuth Chan-Ocha, panglima Angkatan Bersenjata, untuk meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengatur pemilu.

"Jika tidak, referendum dapat diselenggarakan untuk meminta rakyat jika mereka ingin pemilu sebelum reformasi atau sebaliknya sehingga orang akan menjadi pengambil keputusan."Sebuah pemilu dapat terjadi selama penerapan darurat militer," tegas Surapong.

Surapong mengatakan, beberapa orang dalam melihat upaya untuk melakukan kudeta dan bahwa hal itu akan menyebabkan ekonomi Thailand menurun dalam sepuluh tahun ke depan, karena tidak akan dapat diterima masyarakat internasional.

Sementara itu, Ketua KPU Supachai Somcharoen memuji Jenderal Prayuth untuk melaksanakan darurat militer dan menengahi konflik politik.Dia memandang gerakan ini sebagai awal dari pemulihan perdamaian di negara Asia Tenggara itu.

Supachai juga mengatakan, bahwa KPU siap untuk bekerja sama dengan keputusan politisi ' apakah akan mengadakan pemilu berikutnya atau referendum.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement