Senin 30 Jun 2014 14:07 WIB

Oposisi ISIL Nyatakan Negara Islam di Irak dan Suriah

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Gerilyawan Negara Islam Irak dan Laut Tengah Timur/ISIL (ilustrasi)
Foto: Reuters
Gerilyawan Negara Islam Irak dan Laut Tengah Timur/ISIL (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD– Kelompok oposisi ISIL menyatakan tengah membentuk negara Islam di wilayah yang dikuasai di Irak dan Suriah. Selain itu, mereka juga menyatakan Abu Bakr al-Baghdadi sebagai pemimpin kelompok dan pemimpin Muslim.

ISIL mengumumkan pembentukan kekhalifahan dalam sebuah rekaman yang diunggah di internet. Kelompok itu mengatakan negara Islam akan berdiri dari Aleppo di Suriah utara hingga provinsi Diyala di Irak timur. Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin kelompok mengatakan akan menjadi pemimpin negara Islam dan akan dikenal sebagai Khalifah Ibrahim.

“Dewan Negara Islam bertemu dan membahas masalah ini (kekhalifahan). Negara Islam memutuskan mendirikan kekhalifahan Islam dan menunjuk seorang khalifah untuk negara Muslim,” kata juru bicara Abu Mohammad al-Adnani.

“Kata ‘Irak’ dan ‘Levant’ telah dihilangkan dari nama negara Islam dalam dokumen resmi,” kata Adnani yang juga menjelaskan bahwa kekhalifahan merupakan mimpi bagi semua Muslim dan harapan bagi semua jihad.

Dalam rekaman yang dirilis dalam bahasa Inggris dan sejumlah bahasa lainnya ini, para pemberontak juga menuntut semua Muslim untuk berjanji setia kepada penguasa baru serta menolak demokrasi dan semua hal dari Barat. ISIL juga mengatakan mulai saat ini, wilayah itu akan dikenal sebagai Negara Islam.

BBC melaporkan, pembentukan pemerintahan kekhalifan dengan hukum Islam ini merupakan tujuan para kelompok jihad. Dengan pengumuman itu, kelompok bersenjata itu pun menyatakan bahwa negara Islam kini sah.

Dalam perkembangan terpisah, Israel menyerukan pembentukan negara merdeka Kurdi. Berbicara di Tel Aviv, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Kurdi merupakan negara pejuang dan telah menunjukan komitmen politiknya dan pantas untuk merdeka.

Pada awal pekan ini, pemimpin Kurdi Irak, Massoud Barzani, mengatakan saat ini merupakan waktunya bagi warga Kurdi untuk memutuskan masa depannya. Menurut koresponden, warga Kurdi telah lama menggelar aspirasi untuk mendirikan negara merdeka.

Namun, mereka masih terbagi antara Suriah, Turki, Iran, dan Irak. Komunitas internasional pun, termasuk Turki dan Amerika Serikat, masih menentang perpecahan di Irak. Sementara itu, militer Irak melanjutkan serangannya untuk merebut kembali kota Tikrit dari tangan para oposisi ISIL. Kota tersebut dikuasai oleh oposisi pada 11 Juni. Mereka pun telah menguasai sejumlah kota di Irak.

Pada Ahad, pesawat jet pemerintah Irak menyerang wilayah kelompok oposisi. Bentrokan pun pecah di sejumlah wilayah di Tikrit. “Pasukan keamanan bergerak dari wilayah yang berbeda,” kata Letnan Jenderal Qassem Atta. “Pertempuran masih berlanjut,” jelasnya.

Pasukan militer Irak pun dilaporkan telah menarik diri ke kota Dijla pada Sabtu lalu. Pertempuran hebat selama dua hari ini menyebabkan banyak kerusakan dan kerugian di kedua belah pihak.

[removed][removed] [removed][removed]

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement