REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pemerintah Ukraina menyatakan pasukannya telah berhasil merebut dua kota di Ukraina Timur dari tangan para pemberontak. Website Presiden Ukraina Petro Poroshenko menyebutkan bendera kebangsaan Ukraina telah dikibarkan di Artyomivsk and Druzhkivka.
Dilansir dari BBC, klaim keberhasilan merebut kembali dua wilayah di Ukraina Timur ini dinyatakan sehari setelah pasukan pemerintah berhasil menduduki Sloviansk. Kelompok oposisi pun kembali membentuk kelompoknya di Donetsk dan dilaporkan telah menyerang markas penjaga penjara negara untuk merebut senjata.
Kepala penjara Ukraina mengatakan pemberontak telah menyerang dan merusak markas penjaga penjara di Donetsk untuk menguasai senjata. Serhiy Starenkyy mengatakan para stafnya pun telah dievakuasi.
Meskipun telah kehilangan sejumlah wilayahnya, para pemberontak masih menguasai sejumlah wilayah penting di Donetsk dan Luhansk serta wilayah penting lainnya. Meskipun begitu, pejabat keamanan senior Ukraina Mykhaylo Koval mengatakan Luhansk dan Donetsk akan dikepung hingga para pemberontak menyerah.
“Terdapat rencana yang jelas yang telah disetujui. Kota-kota itu akan dikepung,” katanya. “Langkah ini dilakukan agar para separatis meletakkan senjatanya,” tambahnya.
Sementara itu, massa menghadiri pawai di Ibu Kota Donetsk untuk mendukung para oposisi. Para oposisi pun didukung oleh ribuan pendukungnya yang mengibarkan bendera Rusia dan Republik Rakyat Donetsk. Mereka juga meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membantu.
“Kita akan memulai perang partisan nyata di seluruh Donetsk. Kami akan meneggelamkan orang-orang ini dalam darah,” kata Pavel Gubarev, gubernur Republik Rakyat Donetsk.
Presiden Poroshenko mengatakan perebutan Sloviansk pada Sabtu lalu merupakan awal dari titik balik dalam pertempuran melawan para militan. Namun, ia juga mengingatkan masih terlalu dini untuk merayakannya.
Para oposisi juga mengatakan mereka menarik pasukannya ke Donetsk. Sedangkan, menteri dalam negeri Ukraina Arsen Avakov menyebutkan sejumlah pemberontaak telah menyerahkan diri atau mencoba untuk melarikan diri dengan membaur dengan warga sipil. Namun, pemberontak lainnya yang masih tersisa dan akan menuju kota Horlivka telah dihadang oleh pasukan pemerintah.
Krisis Ukraina ini dimulai pada November ketika Presiden Viktor Yanukovych memutuskan tidak menandatangani kesepatakan dengan Uni Eropa. Keputusannya itu pun memicu demonstrasi besar-besaran di Kiev dan menggulingkan Yanukovych.
Semakin memanasnya kisruh di Ukraina ini membuat Rusia juga mencaplok wilayah Crimea. Kekerasan pun juga terjadi di Ukraina Timur pada April ketika para pemberontak pendukung Rusia mendeklarasikan kemerdekaannya di Donetsk dan Luhansk. Ukraina dan negara Barat pun menuduh Rusia yang menyebabkan kekerasan. Namun, Rusia membantah tuduhan tersebut.