Kamis 17 Jul 2014 15:16 WIB

Remaja Palestina-Amerika yang Dipukuli Israel Kembali ke Rumah

Rep: ani nursalikah/ Red: M Akbar
Warga menggelar bendera raksasa Palestina dalam aksi protes menentang serangan udara Israel di Sanaa pada Kamis (10/7).
Foto: Reuters/Khaled Abdullah
Warga menggelar bendera raksasa Palestina dalam aksi protes menentang serangan udara Israel di Sanaa pada Kamis (10/7).

REPUBLIKA.CO.ID, TAMPA -- Remaja keturunan Palestina-Amerika yang sepupunya diduga dipukuli tentara Israel telah kembali ke rumahnya di Tampa, Florida, Rabu (16/7) malam waktu setempat.

Tariq Abu Khdeir (15 tahun) dan ibunya melakukan perjalanan udara dari New York menuju Tampa. Kedatangan mereka disambut sekitar 50 orang yang melambaikan bendera Amerika dan Palestina.

"Usiaku baru 15 tahun, tapi saya tidak akan pernah memandang kebebasan dengan cara yang sama seperti dua bulan lalu. Tidak ada anak, apakah dia warga Palestina atau Israel yang layak mati," ujarnya sesampainya di Bandara Internasional Tampa.

Tariq mengatakan dukungan dan doa dari pendukungnya telah membantunya melalui kesulitan. Saat ini dia hanya ingin bersantai dan menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

"Rasanya sangat senang bisa kembali ke Tampa. Saya tidak bisa berkata-kata. Saya tidak sabar bermain dengan teman-teman dan memancing," kata dia.

Kuasa hukumnya yang juga direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam cabang Florida Hassan Shibly mengatakan Tariq mengalami trauma kepala dan wajahnya harus dijahit akibat dipukuli dua pekan lalu saat dia ditahan saat protes.

Pendukungnya mengatakan pemukulan terhadap Tariq direkam. Kementerian Kehakiman Israel mengatakan penyelidikan atas rekaman itu tengah dilakukan.

Otoritas Israel melepaskan Tariq tidak lama setelah dia ditahan dan menempatkannya dalam tahanan rumah selama sembilan hari. Dia ditahan sementara Israel menyelidiki apakah dia berpartisipasi dalam unjuk rasa memprotes kematian sepupunya Mohammed Abu Khdeir (16 tahun).

Keluarganya membantah Tariq terlibat dalam protes. Palestina menduga Mohammed Abu Khdeir dibunuh ekstremis Israel sebagai balas dendam atas penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel di Tepi Barat bulan lalu.

Ibunda Tariq, Suha Khdeir mengatakan dua pekan yang dialaminya merupakan mimpi buruk. Dia menghapus air matanya saat berbicara kepada wartawan. Dia menambahkan sangat bersyukur atas dukungan yang diterimanya di Tampa.

"Saya tidak bisa mengungkapkan rasa sakit yang saya rasakan saat saya melihat wajahnya untuk pertama kali setelah dipukuli," kata Suha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement