REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Di usianya yang ke-17, Malala Yousafzai menjadi perempuan termuda yang meraih hadiah Nobel Perdamaian. Penghargaan ini diterima Malala atas usahanya memperjuangkan hak-hak pendidikan untuk anak.
"Saya benar-benar percaya kedamaian. Saya benar-benar percaya pada toleransi dan kesabaran. Saya harus mengatakan bahwa saya tidak berpikir saya pantas atas Hadiah Nobel Perdamaian. Saya benar-benar percaya itu," ujar wanita asal Pakistan ini dihadapan Komite Nobel di Birmingham, Inggris yang dilansir Mashable, Sabtu (11/10).
Malala mendedikasikan masa mudanya untuk berjuang memajukan pendidikan. Di tahun 2012, Malala sempat ditembak dua kali kepalanya oleh Taliban saat Malala berada di bus sekolah. Di tahun berikutnya kondisi Malala berangsur pulih dan meneruskan perjuangannya.
"Mereka pikir peluru akan membungkam kami, tapi mereka gagal," katanya.
Di kondisi sulit ini Malala terus menyuarakan hak pendidikan bagi perempuannya. Aksinya ini pun mendapat banyak sorotan.
"Ini adalah perjuangan yang dilakukan dalam situasi yang paling berbahaya. Melalui perjuangan heroiknya dia telah menjadi juru bicara terkemuka untuk hak pendidikan untuk perempuan," kata Komite Nobel dalam sebuah pernyataan.
Komite juga mengungkapkan perjuangan Malala ini menjadi contoh bahwa anak-anak dan remaja juga bisa memberikan kontribusinya untuk memperbaiki keadaannya sendiri.
Malala berharap penghargaan ini bisa terus mendorong anak-anak internasional untuk berbicara hak-hak mereka. Lewat ceritanya ini Malala ingin menularkan semangat yang sama kepada anak-anak di seluruh dunia.
"Saya memutuskan bahwa saya akan berbicara. Melalui cerita saya saya ingin memberitahu anak-anak lain di seluruh dunia mereka harus membela hak-hak mereka. Mereka tidak harus menunggu orang lain. Penghargaan ini khusus untuk mereka, memberi mereka keberanian," katanya.