Selasa 13 Jan 2015 17:29 WIB

Turki Kecam Hipokrisi Barat dalam Serangan Teror Paris

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Senin (12/1) menuduh negara-negara Barat hipokrit atau munafik terkait penyikapan atas serangan teror di kantor majalah Charlie Hebdo dan supermarket Yahudi di Paris.

Erdogan melontarkan tuduhan tersebut karena negara-negara Barat dinilai tidak responsif terhadap kekerasan anti-Muslim yang menyebar di Eropa usai peristiwa di Paris.

Di sisi lain, Erdoga juga mengecam kehadiran Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam parade solidaritas di Prancis pada Ahad lalu bersama sejumlah pemimpin negara lainnya.

"Bagaimana mungkin seorang pria yang membunuh 2.500 orang di Gaza dapat mengikuti aksi damai di Paris? Bagaimana mungkin dia memberanikan diri ke sana?" kata Erdogan.

"Anda harus mengingat anak-anak dan perempuan yang anda bunuh," kata Erdogan, seorang tokoh yang selalau kritis atas kebijakan Netanyahu menyerang Jalur Gaza pada pertengahan tahun lalu meski negaranya punya hubungan dagang yang kuat dengan Israel.

Di bawah kepemimpinan Netanyahu, Israel telah menyerang Gaza sebanyak dua kali--pertama pada November 2012 dan kedua pada Juli-Agustus 2014. Menurut perhitungan PBB, 174 warga Palestina gugur dalam agresi 2012. Sementara pada tahun lalu, jumlah korban tewas diperkirakan lebih dari 2.100 orang.

Erdogan sendiri tidak menghadiri parade pada Ahad di Paris. Turki pada saat itu diwakili oleh Perdana Menteri Ahmet Davutoglu.

"Hipokrisi Barat sangat jelas. Sebagai Muslim, kami tidak pernah ambil bagian dalam pembunuhan massal. Di belakang semua ini ada rasisme, kebencian dan Islamofobia. Pemerintahan di negara-negara itu harus segera bertindak atas serangan terhadap masjid-masjid kami di sana," kata Erdogan.

Sejmlah masjid di Prancis, Jerman, dan Swedia memang menjadi sasaran vandalisme pasca-serangan Paris dan Turki menilai hal tersebut sebagai tumbuhnya sentimen anti-Muslim di Eropa.

Erdogan secara implisit menyalahkan pihak keamanan Prancis atas serangan yang menewaskan 17 orang itu karena para terduga pelaku baru saja keluar dari penjara.

"Warga Prancis melakukan pembunuhan massal dan Muslim harus membayar harganya... Apakah badan intelejen di negara itu tidak melacak mereka yang baru saja keluar dari penjara?" kata dia.

Mengenai masalah imigran, Erdogan menuduh Barat terjangkit Islamofobia karena tidak mau menampung pengungsi dari Suriah sementara Turki harus mengurus lebih dari 1,6 juta pelarian perang dari negara itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement