REPUBLIKA.CO.ID, KIEV-- Sedikitnya 14 orang telah tewas dan lebih dari 100 orang lagi cedera di Ukraina Timur dalam satu hari belakangan, saat permusuhan antara pasukan pemerintah dan gerilyawan pro-kemerdekaan berlanjut, demikian laporan media lokal pada Senin (19/1).
Lonjakan bentrokan dengan gerilyawan menewaskan tiga prajurit Ukraina dan melukai 66 orang lagi, kata Andriy Lysenko, Juru Bicara Operasi Militer Pemerintah di Ukraina Timur.
"Jumlah dan kuatnya serangan terhadap posisi Ukraina meningkat," kata Lysenko, sebagaimana diberitakan Xinhua.
Ditambahkannya, gerilyawan melepaskan 99 tembakan ke prajurit pemerintah dalam 24 jam belakangan. Eduard Basurin, seorang komandan senior gerilyawan, mengatakan delapan petempur gerilyawan telah tewas dan 33 cedera dalam bentrokan dengan prajurit Ukraina sejak Ahad.
Sementara itu, departemen regional Kementerian Dalam Negeri Ukraina di Donetsk mengatakan tiga warga sipil, termasuk seorang anak yang berusia 12 tahun, tewas dan 12 lagi cedera dalam pemboman malam hari di Kota Kecil Debaltsevo.
Saat korban jiwa meningkat, semua pihak yang berperang salih tuduh mengenai pihak yang mengabaikan Kesepakatan Gencatan Senjata Minsk --yang dirancang untuk mengakhiri konflik sembilan bulan yang sudah menewaskan lebih dari 4.800 orang.
Pada Senin pagi, Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan ia siap untuk segera menyerukan diadakannya pertemuan tiga-pihak dalam Bentuk Normandy guna menjamin pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata tersebut, yang ditandatangani di Ibu Kota Belarusia pada 5 September 2014.
Kelompok Kontak Tiga-Pihak mengenai Ukraina --yang terdiri atas wakil dari Ukraina, Rusia dan Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE)-- diciptakan sebagai sarana untuk memfasilitasi penyelesaian diplomatik bagi ketegangan di Ukraina Timur.
Menurut dia, Kiev akan berusaha meredakan ketegangan di bagian timur Ukraina melalui penerapan gencatan senjata di daerah pertempuran, penarikan senjata berat dari garis depan dan pembebasan sandera selama perundingan.