REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris David Cameron menerima telepon mendadak dari seseorang yang mengaku salah satu kepala badan intelijen Inggris, Ahad (25/1).
Telepon tersebut adalah salah satu dari dua telepon palsu yang dilaporkan terjadi di hari yang sama.
"Telepon pertama, sebuah panggilan telepon ditujukan ke GCHQ yang menyebabkan penutupan nomor telepon genggam direktur. Nomor telepon genggam itu tidak pernah digunakan untuk komunikasi informasi rahasia," ujar juru bicara pemerintah dalam pernyataan, dikutip dari CNN, Ahad (25/1).
GCHQ merupakan kepanjangan dari Government Communications Headquarters, badan intelijen Inggris.
"Panggilan kedua adalah telepon hoax yang mengaku sebagai direktur GCHQ dan tersambung ke perdana menteri. Perdana menteri menutup telepon ketika sudah jelas telepon itu palsu. Dalam dua telepon itu tidak ada informasi sensitif yang diungkapkan," kata juru bicara.
Akibat dua insiden tersebut, pemberitahuan dikirim ke semua departemen agar mewaspadai telepon palsu. Pihak berwenang kini sedang meninjau kembali prosedur untuk membantu memastikan telepon palsu tidak lolos.