Rabu 11 Feb 2015 23:12 WIB

Warga Selandia Baru Merasa Didiskriminasi di Australia

Red:
Australia memberlakukan visa khusus bagi warga negara Selandia Baru.
Foto: abc news
Australia memberlakukan visa khusus bagi warga negara Selandia Baru.

REPUBLIKA.CO.ID, SELANDIA BARU -- Warga negara Selandia Baru yang hidup di Australia mengalami diskriminasi yang endemik. Meskipun mereka diperbolehkan tinggal di Australia, namun warga Selandia Baru bukanlah pemegang visa permanent resident.

Hal ini disampaikan David Faulkner, aktivis Selandia Baru yang tinggal di Australia, kepada ABC Rabu (11/2).

Di tahun 2001, Australia memberlakukan jenis visa khusus (SCV) bagi warga Selandia Baru, yang mempersulit akses mereka kepada sistem welfare dan layanan kesejahteraan sosial.

Para warga Selandia Baru, kata Faulkner, diperbolehkan tinggal selamanya di Australia, namun karena tidak memegang jenis visa permanent resident (PR), akses mereka ke sistem welfare menjadi terbatas.

Pemerintah Australia, kata Faulkner, membuat jenis visa khusus SCV untuk mencegah pendatang menggunakan Selandia Baru sebagai batu loncatan untuk pindah ke Australia.

Ia mengatakan, orang Selandia Baru khususnya yang berlatar belakang Maori atau Pasifik, berada dalam ketidakpastian hukum.

"Aturan jenis visa SCV itu jelas dimaksudkan untuk mencegah orang dari Pasifik untuk datang ke Australia," tegasnya.

Tercatat sekitar 250 ribu warga negara Selandia Baru datang ke Australia sejak tahun 2001.

Faulkner mengatakan WN Selandia Baru berlatar belakang Pasifik merupakan kelompok yang paling sedikit dikabulkan permohonan visa PR-nya. Padahal, hanya dengan memegang visa PR, seseorang bisa melamar menjadi warga negara Australia, untuk mendapatkan akses penuh pada pelayanan sosial.

"Lalu, anak-anak mereka yang lahir di Australia pun kemungkinan besar tidak otomatis menjadi warga negara," katanya.

Faulkner menjelaskan, ia telah meneliti berbagai kasus dan akan menerbitkan hasil penelitiannya dalam Jurnal Imigrasi yang diterbitkan Australian National University.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement