Kamis 26 Feb 2015 16:24 WIB

AS Pertanyakan Kecaman Netanyahu Terhadap Iran

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ilham
Israel's Prime Minister Benjamin Netanyahu attends the weekly cabinet meeting in Jerusalem October 26, 2014.
Foto: Reuters/Abir Sultan/Pool
Israel's Prime Minister Benjamin Netanyahu attends the weekly cabinet meeting in Jerusalem October 26, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat AS mempertanyakan keputusan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu karena mengecam secara terang-terangan terkait nuklir Iran.

Netanyahu mengatakan lima kekuatan dunia telah berjanji untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Tetapi sepertinya mereka menyerah. Dia menduga, kesepakatan antara Iran dengan negara-negara yang sebelumnya berjanji akan menghancurkan Israel dengan menciptakan banyak senjata nuklir.

"Saya menghormati Gedung Putih dan Presiden AS, tetapi ada satu hal yang pasti, saya akan melakukan segalanya untuk mencegah hancurnya Israel," kata Netanyahu.

Pernyataan Netanyahu berdampak pada kerusakan hubungan AS dan Israel. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mengatakan pendapat Netanyahu keliru. Kerry menunggu konfirmasi untuk bertemu dengan Netanyahu dan setuju untuk menentang kesepakatan dengan Iran.

Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, Presiden Barack Obama memperingatkan hubungan antara As dan Israel sebisa mungkin menghindari isu politik. "Presiden mengatakan, hubungan antara As dan Israel tidak bisa berubah menjadi hubungan antara Partai Republik dan Partai Likud," katanya.

Dilansir dari Aljazirah, Partai Republik tidak berkonsultasi dengan Obama atau Partai Demokrat di Kongres untuk mengundang Netanyahu. Obama mengatakan tidak akan bertemu dengan Netanyahu karena Pemilu Israel semakin dekat.

Ini merupakan langkah yang tidak biasanya dilakukan kepala negara ketika datang ke Gedung Putih. Demi pemilu, Netanyahu membutuhkan dukungan AS.

Sementara itu, Partai Republik membutuhkan bantuan untuk menggagalkan dihentikannya sanksi bagi Iran. Pemerintah Israel mengumumkan Netanyahu akan datang pada Maret mendatang.

Banyak pihak mengatakan undangan yang dikirimkan oleh pemerintah AS adalah sebuah tindakan bodoh. Profesor Anthony Arend dari Unversitas Georgetown mengatakan, undangan untuk Netanyahu merupakan tindakan yang tidak bijaksana.

Undangan ini dapat mengisyaratkan bahwa dunia secara jelas mengetahui telah terjadi perpecahan antara Kongres dan Presiden. Sehingga bukan hal tidak mungkin masalah ini akan dimanfaatkan oleh negara-negara dan aktor negara lain di seluruh dunia.

Saat Netanyahu tiba di Gedung Putih, pejabat tinggi pemerintah akan pergi ke luar negeri termasuk Kerry dan Wakil Presiden Joe Biden. Keduanya akan ke luar negeri setelah Netanyahu mendapatkan undangan.

Penasihat Keamanan Nasional, Susan Rice mengatakan, pendapat Netanyahu jelas menyatakan sebuah keberpihakan politik. Ini merusak hubungan antara Amerika dan Isrel.

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement