Sabtu 09 May 2015 21:26 WIB

Cegah Trauma Gempa, Nepal Prioritaskan Anak-Anak Kembali Sekolah

Nepal sebelum gempa
Foto: Dailymail
Nepal sebelum gempa

REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Anak-anak menghadapi masa sulit menyesuaikan diri kembali ke kehidupan normal setelah gempa pada 7,9 Skala Richter mengguncang Nepal, Sabtu (25/4) lalu. Pemerintah Nepal dan organisasi non-pemerintah (NGO) sekarang memberi prioritas untuk membawa anak-anak itu kembali ke sekolah.

Menurut Dana Anak PBB (UNICEF), sebanyak 1,7 juta anak telah secara langsung terpengaruh oleh gempa bumi kuat dan akan memerlukan perhatian medis khusus, termasuk dukungan psikologi-sosial. Kebanyakan sekolah di negeri tersebut telah rusak total terutama di daerah yang paling parah diguncang gempa seperti Kabupaten Sindhupalchowk, Gorkha, Nuwakot dan Dhading.

Banyak ahli di Kathmandu mengatakan salah satu cara membuat anak-anak melupakan pengalaman mengerikan mereka selama gempa ialah mengirim mereka kembali ke sekolah. Di sana mereka bisa berbaur dengan anak lain dan dapat disibukkan oleh tugas sekolah. Perawatan khusus akan diperlukan buat anak-anak yatim-piatu atau mereka yang telah kehilangan orang tua akibat gempa.

Lembaga pendidikan, dengan dukungan NGO, kini mendirikan ruang kelas sementara di ruang terbuka dengan menggunakan bahan dari bambu dan terpal untuk membuat pelajaran bisa dilanjutkan. "Karena hampir semua sekolah di desa terpencil telah rusak, prioritas utama sekarang ialah mendirikan sekolah sementara tempat kami dapat memberi pelatihan dan dukungan psikologi-sosial buat anak-anak," kata Shisir Khanal, CEO Teach for Nepal (TFN), kepada Xinhua.

TFN adalah satu NGO yang berusaha menangani kebutuhan pendidikan yang berkualitas di seluruh Nepal. Lebih dari 90 persen sekolah di Gorkha, Sindhupalchowk dan Nuwakot diperkirakan telah hancur. Sementara sebanyak 80 persen gedung sekolah telah ambruk di Kabupaten Dhading. Padahal, satu juta anak telah mendaftarkan diri di berbagai sekolah Nepal di seluruh negeri itu untuk tahun ajaran baru, yang dijadwalkan dimulai pada pertengahan April atau tepat sebelum gempa mengguncang.

Setelah gempa, kehidupan demikian banyak anak yang telah kehilangan anggota keluarga sedangkan rumah mereka telah porak-poranda. Dalam situasi semacam itu, hanya membawa anak-anak itu kembali ke sekolah lah yang akan memungkinkan mereka mengatasi ketakutan mereka dan melupakan pengalaman yang membuat mereka dirundung trauma. Shisir Khanal mengatakan selama hari-hari pertama di sekolah, para guru harus mengizinkan anak-anak tersebut bermain dan bergembira. Ia menambahkan tawa adalah cara terbaik buat anak-anak untuk melupakan pengalaman sedih dan menakutkan selama bencana itu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement