Senin 18 May 2015 08:47 WIB

Australia Ragukan Pengakuan Peneliti yang Retas Sistem Kokpit Pesawat

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Indah Wulandari
Suasana kokpit Sukhoi
Foto: Sergey Dolya
Suasana kokpit Sukhoi

REPUBLIKA.CO.ID,CANBERRA -- Otoritas penerbangan Australia meragukan klaim seorang pria Amerika Serikat bahwa ia bisa meretas sistem kendali terbang dalam kokpit pesawat komersial dan mengambil kendali hanya dari mesin di laptopnya.

Seperti diberitakan laman 9 News, Senin (18/5) peneliti keamanan AS Chris Roberts mengaku pada FBI mampu mengakses secara ilegal ke dalam sistem kontrol 20 pesawat selama tiga tahun terakhir.

Bahkan, ia mengaku telah membuat satu pesawat berjalan menyamping dalam waktu singkat. Caranya, dengan menghubungkan komputer ke sistem hiburan penerbangan dari luar pesawat.

Menanggapi hal tersebut, FBI segera menyita dua laptop milik Robert bersama dengan beberapa hard drive dan USB. Namun, ia tidak mendapat tuntutan secara hukum sehubungan dengan klaimnya tersebut.

Sementara itu, Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil Australia mengatakan kepada Sydney Morning Herald, kemungkinan mengendalikan pesawat dari jauh itu tidak realistis.

"Terus terang, cerita itu tampaknya sedikit tidak realistis, tapi tanpa pemeriksaan yang komprehensif, sulit untuk mengatakannya," kata manajer Komunikasi Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil Australia Peter Gibson.

Kepala keamanan, fasilitas dan ketahanan maskapai penerbangan Qantas Group Steve Jackson mengatakan, maskapai ini memiliki prosedur sangat ketat. Hal ini dinilai lebih dari cukup untuk mengurangi segala upaya gangguan jarak jauh dari sistem pesawat.

Keraguan juga diungkapkan maskapai penerbangan Tiger Airways Australia yang tidak memiliki peralatan hiburan dalam penerbangan.

"Prosedur yang ketat dan komprehensif untuk memberi jaminan tingkat tinggi terhadap keamanan di penerbangan," kata juru bicara maskapai tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement