Selasa 02 Jun 2015 11:24 WIB

Perempuan Rohingya di Kamp Perbatasan Dijadikan Budak Seks

Pengungsi Rohingya
Foto: Youtube
Pengungsi Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Di Alor Setar, seorang perempuan Rohingya yang ditahan selama delapan hari bersama bayinya pada 2014, mengungkapkan buruknya situasi bagi para perempuan yang ditahan di kamp transit perdagangan manusia di Padang Besar, Thailand.

Nur Khaida Abdul Shukur (24  tahun) mengatakan mereka menjadi korban pemerkosaan beramai-ramai oleh pekerja kamp tersebut.

"Setiap malam, dua atau tiga perempuan muda Rohingya yang agak cantik akan dibawa keluar kandang tahanan dan dibawa ke tempat tersembunyi oleh pengawal-pengawal kamp itu. Perempuan itu diperkosa beramai-ramai oleh mereka (pengawal kamp) bahkan di dalam kamp itu ada dua perempuan muda yang mengandung diduga akibat perbuatan pengawal itu," katanya, dikutip Bernama, Selasa (2/6).

Menurutnya, terkadang sejumlah perempuan dibawa petugas selama beberapa hari untuk melayani mereka.

"Mereka hilang selama dua-tiga hari. Saya tidak bertanya kemana mereka, tapi saya tahu apa yang terjadi pada mereka, dari ekspresi mereka," ujarnya.

Nur Khaida menambahkan para perempuan tidak diperkenankan berbicara satu sama lain, Jika ketahuan penjaga mereka akan dipukuli.

Dua perempuan Rohingya yang hamil, telah ditahan di kamp transit selama lebih dari enam bulan. Dalam kamp tempatnya ditahan tahun lalu terdapat 15 perempuan Rohingya. Sebanyak lima di antaranya memiliki anak kecil.

"Mungkin penjaga tidak memperkosa kami karena kami memiliki anak. Saya berdoa setiap hari saya tidak menjadi korban pemerkosaan," ujarnya.

Nur Khaida yang berasal dari Maungdaw, Myanmar menyeberangi Laut Andaman menuju Malaysia untuk menyusul suaminya Nurul Amin.

Setahun telah berlalu, Nurul dan istrinya Nur Khaida sangat bersyukur mereka bebas dari sindikat perdagangan manusia dan ingin memulai hidup baru. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement