Kamis 11 Jun 2015 12:52 WIB

Rezim Suriah Bantah Pejuang Iran Berada di Negaranya

Bom meluluhlantakkan bangunan di Suriah.
Foto: Reuters
Bom meluluhlantakkan bangunan di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Menteri Penerangan Suriah Omran Az-Zoubi pada Rabu (10/6) membantah laporan mengenai keberadaan pasukan Iran yang berperang di tanah Suriah, demikian laporan stasiun televisi pan-Arab, Al-Mayadeen.

"Tak ada pasukan Iran di wilayah Suriah dan hubungan antara Damaskus dan Teheran mendalam dan kokoh," kata Az-Zoubi dalam wawancara dengan stasiun TV Al-Mayadeen, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi (11/6).

Pernyataan menteri itu dikeluarkan saat laporang asing mengatakan ribuan petempur Irak dan Syiah Iran tiba di Suriah untuk membantu tentara Suriah memerangi mujahidin, kebanyakan di sekitar Ibu Kota Suriah, Damaskus.

Kendati tentara Suriah belum lama ini telah mengalami kemunduran di bagian utara dan selatan negeri tersebut, menteri itu menegaskan, "Militer Suriah masih kuat dan mampu menyelesaian masalah."

Menteri tersebut juga menggaris-bawahi Presiden Bashar al-Assad adalah "kunci bagi penyelesaian".

Az-Zoubi juga mengatakan belum terlambat bagi dialog politik dan perujukan di Suriah, dan menekankan dialog politik adalah penyelesaian untuk menghadapi kelompok teror.

Di Jenewa, Utusan Perdamaian PBB untuk Suriah Staffan de Mistura telah memperpanjang pembicaraan luas tentang Suriah di kota Swiss tersebut sebulan lagi sampai Juli, kata juru bicaranya, Rabu.

Jessy Chahine mengatakan pembicaraan itu, yang dimulai pada 5 Mei untuk memungkinkan konsultasi terpisah dengan pelaku regional dan dalam negeri dengan harapan menghidupkan kembali dialog tentang konflik yang terhenti, akan terus dilakukan bulan depan.

Dia mengatakan de Mistura dan wakilnya sejauh ini telah bertemu dengan para pejabat pemerintah Suriah, koalisi oposisi Suriah dan 39 kelompok politik dan masyarakat sipil Suriah.

"Mereka juga telah mengadakan 26 pertemuan dengan perwakilan dari negara-negara anggota yang bersangkutan dari Dewan Keamanan dan kawasan, serta organisasi regional," katanya.

Utusan perdamaian PBB itu mengatakan, "ada konsensus umum bahwa tidak mungkin ada solusi militer untuk tragedi Suriah." Ia juga menekankan perlunya "penyelesaian politik yang melibatkan semua pihak dan dipimpin oleh Suriah."

Chahine mengatakan de Mistura berencana memberikan penjelasan singkat kepada Sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon terkait pertemuannya dalam beberapa pekan mendatang.

Konflik Suriah meletus pada Maret 2011 dengan protes anti-pemerintah. Setelah tindakan keras pemerintah di Damaskus, protes itu berubah menjadi perang saudara yang kini telah menewaskan lebih dari 230.000 orang, kata kelompok pemantau yang berkantor di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement