Kamis 18 Jun 2015 07:23 WIB

Mengenal Gharqad, Pohon Orang Yahudi

Pohon yang disebut-sebut sebagai gharqad.
Foto:

Tapi, Israel memang gencar melakukan penghijauan di sana. Bahkan, upaya penanaman pohon itu telah dilakukan sebelum berdirinya negara Israel pada 1948. Jewish National Fund (JNF) meru pakan salah satu organisasi yang gencar melakukan penanaman itu. JNF atau Keren Kayemet LeYisrael (KKL), didirikan pada Kongres Zionis kelima di Basel, 1901 lalu.

Sejak didirikan, JNF/KKL gencar membeli tanah saat wilayah Palestina masih berada di bawah Khilafah Turki Usmani. Pada 1935 lalu, misalnya, JNF mengklaim menanam 1,7 juta pohon di kawasan seluas tujuh kilometer persegi, di tanah Palestina.

Gerakan Zionis sendiri sejak 1882 berulangkali memobilisasi kaum Yahudi dari berbagai negara, terutama Eropa, untuk kembali ke Yerusalem. Saat itu, Palestina merupakan wilayah Khilafah Usmani.

Pendiri Zionisme, Theodorl Herlz, pernah meminta kepada Khilafah Usmani untuk membeli Palestina. Saat itu kebetulan sedang banyak utang. Herlz ke Istanbul, ibu kota Khilafah, pada 1901, untuk menemui Sultan Abdul Hamid II, dan menawarkan 150 juta pound emas, sehingga Khilafah bisa membayar utang-utangnya.

Namun, permintaan tersebut ditolak oleh Sultan Abdul Hamid II. Bahkan, Sultan menolak menemui dedengkot Zionisme itu.

Lewat salah seorang menterinya, Sultan berpesan, “Katakan kepada Tuan Herlz untuk tidak mengambil langkah lebih lanjut. Saya tidak bisa memberikan sejengkal pun tanah yang bukan milik saya, tapi milik umat Islam. Untuk mendapatkan tanah itu, umat Islam berjuang mengorbankan jiwa. Darah mereka tertumpah di atas tanah itu. Orang-orang Yahudi silakan menyimpan uangnya. Jika suatu hari Khilafah Islamiyah ini dihancurkan, maka mereka bisa mengambil Palestina tanpa perlu membayar.”

Sultan melanjutkan, “Selama saya masih hidup, saya lebih baik menusukkan pedang ke tubuh saya dari pada menyaksikan Tanah Palestina dicabut dari Daulah Islamiyah. Ini tidak akan terjadi. Saya tidak akan memulai memotongi tubuh kami, selama kami masih hidup.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement