Kamis 18 Jun 2015 01:11 WIB

Hadis Nabi tentang Gharqad Masuk Kurikulum Sekolah Yahudi

Pohon yang disebut-sebut sebagai ghardad.
Foto:

Tentang maraknya penanaman Gharqad yang dilakukan oleh orang Yahudi, diungkapkan pula oleh Mufti Besar Palestina, Syeikh Muhammad Husein, saat berpidato dalam sebuah perayaan yang digelar Fatah di Yerusalem Timur, 9 Januari 2012 lalu.

Sang Syeikh mengatakan bahwa sudah 47 tahun berlalu sejak Fatah melancarkan revolusi. Dan, revolusi tersebut, kata dia, merupakan revolusi moden dalam sejarah Palestina. Dia menegaskan revolusi itu berlangsung sejak Umar bin Khattab menaklukkan Yerusalem pada tahun 637 dan akan terus berlangsung hingga akhir zaman kelak.

Setelah mengutip hadits shahih Bukhari dan Muslim tentang peperangan akhir zaman antara Muslim dan Yahudi, di mana hanya pohon Gharqad yang tak menunjukkan di mana lokasi orang Yahudi, Sang Syeikh mengatakan, “Karena itulah Anda tak perlu heran jika menyaksikan Gharqad mengepung pemukiman Israel dan koloninya. [Pohon Gharqad] mengepung, mengepung, mengepung… Itulah Palestina yang kita bicarakan, yang dimulai dengan jihad, dan akan berlanjut dengan jihad, dengan pertempuran dan syahid.”

Pidato yang ditayangkan oleh televisi milik Otoritas Palestina ini, kemudian disebarkan oleh Palestina Media Watch (Palwatch), sebuah LSM Israel, yang memonitor media-media Palestina. Video berisi pidato itu disebarkan, antara lain ke Youtube, dan diberi judul bahwa Muslim akan memusnahkan orang Yahudi. Mereka mencoba menggiring opini dunia bahwa Muslim merenca nakan genosida kepada Yahudi.

Palwatch pun mencatat pernyataanpernyataan Syeikh Muhammad Husein sebelumnya, seperti menyatakan Yahudi musuh Alllah, menolak keberadaan kuil Yahudi di situs Al-Aqsa, menyebut Nabi Isa (Yesus) sebagai orang Palestina yang mendakwahkan Islam, dan lain-lain.

“Sangat jelas, dakwah antisemitik dan ideologi genosida dari sang Mufti akan menghancurkan semua peluang perda maian. Selama orang Yahudi digambar kan sebagai musuh Allah yang harus dimusnahkan, maka pembicaraan damai menjadi tidak relevan,” tulis Palwatch.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement