REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi pada Sabtu (27/6) mengatakan pasukan keamanan Irak menangkap tokoh penting di dalam Partai Baath, pimpinan Saddam Husein, dalam operasi berdasarkan laporan intelijen.
Di dalam pesannya dalam satu upacara di Ibu Kota Irak, Baghdad, bagi peringatan ke-146 pers Irak, Al-Abadi mengatakan, "Pasukan keamanan menangkap Abdul Baqi Abdul Karim As-Sadoun melalui upaya dinas intelijen Irak."
Al-Abadi tidak memberi perincian mengenai bagaimana atau di mana penangkapan berlangsung, demikian laporan Xinhua, Ahad (28/6). Ia mengatakan ia memilih pernyataan resmi akan menjelaskan perinciannya belakangan sebab interogasi masih berlangsung terhadap As-Sadoun.
Namun, As-Sadoun ditangkap pada Jumat (26/6) di Kota Kirkuk, Irak Selatan, yang berada sekitar 250 kilometer di sebelah utara Baghdad, kata satu sumber polisi kepada Xinhua.
As-Sadoun memangku beberapa jabatan penting di Partai Baath, termasuk menjadi anggota pimpinan nasional partai tersebut serta ketua cabang Partai Baath di Irak Selatan dan di Provinsi Diyala di bagian timur negeri itu.
Ia dicari dengan tuduhan melakukan kejahatan terhadap umat manusia, mengawasi pembunuhan ratusan orang selama perlawanan kaum Syiah di Irak Selatan pada 1991 pada akhir Perang Teluk. Selama itu, pasukan AS mengakhiri serbuan Irak ke Kuwait.
As-Sadoun juga dituduh merekrut dan mendanai pelaku teror asing di Irak Tengah dan Timur, dan diduga bertanggung-jawab atas serangan terhadap polisi dan warga sipil Irak di Kota Nasiriya dan Basra di Irak Selatan, dan juga di Diyala.
Militer AS dan Pemerintah Irak seringkali menuduh sisa rejim lama, serta gerilyawan asing, atas sebagian besar aksi kekerasan yang meletus di negeri itu setelah serbuan pimpinan AS pada 2003 dan setelah penarikan tentara AS dari negeri tersebut pada 2011.