Rabu 01 Jul 2015 09:00 WIB

Cina Selesaikan Reklamasi di Kepulauan Spratly

Sengketa Kepulauan Spratly di Laut China Selatan.
Foto: www.globalbalita.com
Sengketa Kepulauan Spratly di Laut China Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina menyelesaikan beberapa kegiatan pengurukannya di Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan, yang meningkatkan pertaruhan dalam sengketa wilayah Beijing dengan negara tetangganya di Asia, kata Kementerian Luar Negeri Cina, Selasa (30/6).

Cina meningkatkan pembangunan pulau buatan sejak tahun lalu, yang mengkhawatirkan beberapa negara di Asia dan mendatangkan kritik dari Washington. Amerika Serikat, yang menyerukan penghentian pembangunan pulau buatan oleh Cina, pada awal bulan ini menyatakan prihatin atas rencana Beijing meningkatkan pekerjaan itu, termasuk untuk pertahanan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying mengatakan pengurukan di beberapa pulau dan terumbu karang di Laut Cina Selatan akan selesai dalam beberapa hari ke depan.

Cina sedang menggarap proyek reklamasi di tujuh terumbu karang yang berada di kepulauan kecil di tengah wilayah sengketa maritim Laut Cina Selatan yang melibatkan Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei.

Gambar satelit terkini menunjukkan keriuhan kerja kontruksi pulau-pulau baru Cina. Para pejabat AS mengatakan Cina telah melakukan reklamasi sebanyak 1.500 hektar tanah tahun pada tahun ini.

Hua Chunying tidak menyebutkan secara terperinci mengenai lokasi reklamasi yang disebutnya telah selesai tersebut. "Langkah berikutnya, Cina akan memulai penyelesaian fungsi relevan dari fasilitas-fasilitas yang ada," kata Hua.

"Pembangunan tersebut untuk menyediakan layanan pemenuhan tuntutan warga sipil sekaligus memudahkan upaya kegiatan pencarian dan penyelamatan maritim Cina, pencegahan bencana, penelitian maritim, pengamatan meteorologi, perlindungan lingkungan, keselamatan navigasi, perikanan dan sebagainya, sesuai dengan tanggung jawab internasional dan kewajiban (kami)," katanya.

"Tentu saja, pembangunan kami juga akan mencakup pemenuhan kebutuhan pertahanan militer yang diperlukan," tambahnya.

Cina mengklaim sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan, di mana kawasan tersebut dilewati kapal-kapal perdagangan dengan total nilai 5 triliun dollar AS setiap tahun. Sarana militer dalam pembangunan tersebut mencakup landasan pacu sepanjang 3.000 meter dan radar peringatan dini pesawat, yang direncanakan beroperasi akhir tahun, kata salah satu komandan militer AS.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement