Rabu 22 Jul 2015 03:30 WIB

Filipina Tingkatkan Anggaran Militer Untuk Lindungi Wilayah Laut Cina Selatan

Rep: c07/ Red: Bilal Ramadhan
Laut Cina Selatan
Foto: timegenie.com
Laut Cina Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA --Filipina berencana untuk mengeluarkan dana seesar 25 miliar peso atau 552 juta dollar AS pada tahun depan untuk mendukung klaim di Laut Cina Selatan yang disengketakan.

Rencana anggaran tersebut akan diusulkan pada 2016 dalam anggaran nasional. Presiden Benigno Aquino menyampaikannya kepada parlemen pada Senin (20/7). Dana tersebut nantinya akan digunakan untuk mengakuisisi frigat angkatan laut dan pesawat patroli.

"Kita perlu melindungi apa yang jelas dalam yurisdiksi teritorial kami," kata Sekretaris Anggaran Florencio Abad dikutip Channels News Asia, Selasa (21/7).

Ketika ditanya apakah kenaikan itu terkait dengan sengketa maritim Filipina dengan Cina. Abad mengamininya, menurutnya keputusan tersebut sangat dipengaruhi, karena pemerintah Filipina setidaknya harus memiliki cara yang efektif untuk memantau perkebangan di zona sengketa.

Menurut para pejabat, dalam RUU anggaran senilai tiga triliun peso, anggaran pertahanan akan 25 persen lebih tinggi dari anggaran militer sebesar 20 miliar peso pada tahun lalu dan lima kali lebih besar dari tahun 2013.

Menurut Abad, diusulkannya anggaran pertahanan 2016 merupakan bagian dari rencana lima tahun, 75-miliar peso program modernisasi militer disetujui oleh Aquino pada 2013. Jumlah anggaran militer Filipina itu masih kecil dibanding Cina, yang mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan bahkan termasuk daerah yang dekat dengan pantai-pantai negara-negara tetangganya di Asia.

Beijing menggangarkan 142,9 miliar dollar AS untuk belanja militer tahun ini. Adapun hal yang paling buruk dialami militer Filipina adalah di mana di wilayah tersebut bergantung pada kapal tua yang berusia setengah abad untuk mengawasi Laut Cina Selatan, yang terus meningkat ketegangannya akhir-akhir ini.

Misi militer Filipina untuk melindungi wilayah negaranya juga dipersulit oleh komunis lama dan pemberontakan Muslim yang memaksa untuk mengabdikan pasukan dan peralatan untuk keamanan internal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement